Di sebuah bukit yang penuh dengan pohon-pohon cemara yang rindang dan hijau, ada sebuah Panti Yatim Piatu Vanessa. Udara terasa segar di daerah itu. Di halaman depan panti itu, terdapat berbagai bunga yang ditanam di pot. Ada mawar, melati, bugenvil, dan beragam jenis anggrek. Memang, setiap bulannya, selalu saja ada pengunjung panti yang memberi bunga dalam pot. Bunga-bunga itu dirawat dengan baik oleh para pengurus dan anak-anak panti.
Panti itu dipimpin oleh Bu Yesenia yang sangat baik hati. Beliau dibantu oleh Tante Kalifa dan Tante Nazia. Di Panti itu, setiap anak disekolahkan dan juga diberi buku. Jika ada anak yang berulang tahun, para pengurus dan anak-anak lainnya akan memberi kejutan kepadanya. Mereka memang selalu saling berbagi dan saling menyayangi satu sama lain.
Martha, Nisyah, dan Lilian adalah tiga sekawan yang tinggal di Panti Vanessa bersama anak-anak panti lainnya. Ketiga sekawan itu lahir di tahun yang sama, yaitu pada 1998. Namun, bulan kelahiran mereka berbeda. Martha lahir tanggal 1 April 1998 dan Nisyah tanggal 13 Juni 1998. Sedangkan Lilian, yang diperkirakan seumur dengan Martha dan Nisyah, ditemukan oleh Bu Yesenia di depan Panti Vanessa.
Martha itu anak yang penakut. Tepatnya, sejak dia diajak menonton film hantu oleh Nisyah dan Lilian. Rambut Martha lurus sebahu, tubuhnya tinggi, dan beratnya 30 kilogram. Ayah Martha meninggal karena sakit diabetes, sedangkan ibunya pergi begitu saja meninggalkannya. Lain lagi dengan Nisyah. Dia adalah anak yang usil dan suka berpetualang. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan pesawat yang ditumpangi oleh mereka. Sedangkan Lilian, dia adalah anak yang bertubuh tinggi dan berambut pendek, sifatnya tegas dengan pembawaan yang tomboi.
“Woi! Cepetan, dong!” teriak Martha kepada Lilian dan Nisyah. Hari Jumat itu mereka akan berziarah ke makam ayah Martha.
“Iya, iya … sabar, dong!” balas Nisyah.
“Aku sudah siap, nih,” kata Lilian.
“Sebelumya, kita minta izin dulu sama Bu Yesenia!” ujar Martha.
“Pasti!”
Ketiga sahabat itu segera mencari Bu Yesenia. Ternyata, Bu Yesenia berada ada di taman. Beliau sedang duduk di bangku taman.
“Bu, kami mau minta izin ke makam ayah saya. Boleh, kan?” pinta Martha sambil memegang keranjang berisi bunga mawar. Bunga itu dibelinya di toko memakai uang tabungannya.
“Boleh. Hati-hati, ya!”
“Iya, Bu!”