Aku dan Melly sudah akrab dari dulu dan persahabatan kami terus berlanjut hingga kini. Belum lama di kelas empat, aku dan Melly memiliki sahabat baru. Dia siswa pindahan dari London dan cepat menyesuaikan diri di sekolah. Namanya, Erliza Rachel Jeneafer. Panggilannya Rachel.
Aku dan Melly merasa kasihan kepada Rachel, karena pada bulan-bulan pertama kepindahannya, dia merasa kesulitan memahami bahasa yang kami gunakan sehari-hari. Tidak salah lagi, Rachel biasa berbahasa Inggris. Kami lumayan pintar bahasa Inggris, jadi kami membantu Rachel untuk menerjemahkan bahasa Inggris-Korea.
Rachel juga mengambil les privat bahasa Korea. Oleh ibu Rachel, aku dan Melly juga diikutkan les bersama Rachel di rumahnya. Rumah Rachel memang tidak jauh dari rumahku dan Melly. Sekarang, lesnya ditambah menjadi untuk semua mata pelajaran. Aku, Melly, dan Rachel juga ikut senang. Terutama Rachel, karena dia tidak kesepian lagi di rumah.
Sudah sebulan aku dan Melly les privat di rumah Rachel. Setiap kali kami datang, Rachel dan ibunya sudah siap dengan camilan dan minuman. Biasanya milk shake, cappuccino, ice cream, strawberry lemon, lemon cola, dan masih banyak lagi. Kami juga telah akrab dengan guru les. Les ini juga bisa diatur. Yaaah ... seperti home schooling gitu, deh! Bedanya, ini tidak mendapatkan ijazah. Kami mengatur mata pelajaran les sesuai dengan apa yang telah kami pelajari di sekolah.
Uuum … semakin lama, aku semakin suka les bersama Rachel. Karena, selain mendapatkan ilmu, kami juga bisa bermain di sana. Seminggu sekali sekolah kami mengadakan Game and Study, program yang digunakan untuk menghibur kita agar tidak jenuh belajar. Game-nya bermacam-macam. Ada game Matematika, IPA, Bahasa Korea, Bahasa Prancis, Inggris, Jerman, dan banyak lagi.
Sepulang sekolah, biasanya aku langsung mandi dan berangkat ke rumah Rachel. Kadang-kadang diantar atau aku naik sepeda sendiri. Jika naik sepeda, aku menjemput Melly dulu, karena Melly juga menggunakan sepeda. Maklum, kita, kan, janjian.
Saat kami kelas V, kami bertiga bingung memilih ekstrakurikuler apa yang harus diikuti. Awalnya, kami ingin memilih Kesenian, namun tidak jadi karena kurang menantang. Sedangkan, teman-teman lain sudah memilih ekstrakurikuler masing-masing. Aku bingung karena jika tidak mengikuti salah satu ekstrakurikuler sampai Januari tahun depan, aku tidak akan mendapatkan nilai ekstrakurikuler.
Seminggu berlalu. Walaupun sekarang masih November, tapi aku sudah takut. Aku ingin sekali sekolah membuka ekstrakurikuler baru, yaitu Klub Musik, jadi murid-murid sekolah juga bisa bermain alat musik. Aku juga meminta persetujuan dari sahabatku.
“Rachel, aku punya ide bagus, nih!” seruku terburu-buru.