Namaku Aulia. Lengkapnya, Aulia binti Azzhaliq. Eh … salah! Lengkapnya, Nazalia Raulita Shalihah. Kulitku biasa-biasa saja, tidak putih, tidak juga hitam. Aku punya cerita, nih …. Mau tahu, tidak? Begini ceritanya ….
Saat akan shalat Magrib, aku mengenakan mukena berwarna pink bergaris putih. Tiba-tiba, saat selesai shalat, kulitku berubah warna. Warnanya menjadi warna mukena yang kupakai. Ya, warna kulitku sekarang pink bergaris putih. Aku sangat malu karena aku seperti bunglon.
Saat mama mengetahui aku berkulit pink bergaris putih, mama segera mencoba semua sabun agar bisa menghilangkan penyakit itu. Tetapi, tetap saja tidak berhasil. Setiap jenis lotion pun sudah dicoba oleh mama. Hasilnya? Tetap saja, tak berubah. Papa pun rugi Rp1.500.000,00 karena mama membeli semua jenis sabun dan lotion.
Di sekolah, ternyata tidak hanya aku yang terkena penyakit misterius itu. Fadhila dan Fayla pun terkena penyakit yang sama sepertiku. Saat ini, aku, Fadhila, dan Fayla menjadi bahan pembicaraan seluruh murid di sekolah.
Di sekolah, aku, Fadhila, dan Fayla selalu ditertawakan teman-teman. Banyak juga yang mengejek.
“Eh, tuh, ada monster berkulit seram di sekolah kita.”
“Hiii … takut, ah, dekat mereka, entar ketularan ….”
“Teman-Teman yang berkulit putih, ada yang mau nularin penyakit seram, nih …. Penyakitnya membuat kulit putih kalian berubah warna, lho …. Hiii, seram ….”
Kadang-kadang, Fayla yang tergolong anak “cengeng” menangis. Kadang pula, dia minta pulang. Fadhila beda lagi. Kalau diejek, pasti dia menyendiri, plus marah dan kesal. Kalau aku? Biasa saja, tuh, paling cuma sedih dan kesal. Lama-kelamaan, teman-teman pun biasa saja, tuh …. Nggak ada yang mengejek ataupun membicarakan aku, Fadhila, dan Fayla.
Guru-guru mengizinkan aku, Fadhila, dan Fayla untuk home schooling dengan Pak Ahmad, wali kelasku. Alasannya, karena sekolah harus bertanggung jawab jika muridnya tertular penyakit misterius itu. Selama home schooling di rumahku, Pak Ahmad duduk berjauhan dengan aku, Fadhila, dan Fayla. Kenapa? Jelas, karena takut ketularan. Walaupun begitu, aku tidak merasa dikucilkan. Aku biasa saja.
Pengumuman outing class semester satu pun dibagikan. Kali ini, kami akan outing ke Hutan Jorjia. Mengapa? Karena Hutan Jorjia adalah hutan tempat tumbuhnya tanaman perangkap serangga, seperti Venus dan Kantong Semar. Mama pun menyuruh aku ikut. Karena, mungkin di antara tumbuhan di sana bisa membuat kulitku menjadi normal kembali. Biaya outing sebesar Rp200.000,00.