Marshya suka sekali makan stroberi. Di mana pun dan kapan pun, Marshya sering makan stroberi. Marshya senang memetik stroberi di kebun stroberi neneknya di Seattle, Washington. Dalam waktu singkat, dia bisa menghabiskan seluruh stroberi dari kebun nenek. Marshya sangat menyenangi hobi memasak, membaca buku, dan mengarang cerita pendek. Dia dan orangtuanya menempati rumah sederhana.
Walaupun masih kecil, Marshya sudah bekerja, lho! Dia bekerja sebagai koki di Yummy Frenzy Restaurant di New Zealand. Gajinya pun lumayan besar. Marshya sangat senang bekerja dan tinggal di sana. Apalagi, koki dan pemilik restorannya baik. Ternyata, ada juga anak perempuan sebaya Marshya yang bekerja sebagai koki di restoran itu. Namanya Fadhillah, dari Prancis. Fadhillah sangat baik hati dan selalu setia kepada Marshya.
Masakan Marshya banyak dipuji karena rasanya sangat enak. Sehingga, banyak pelanggan setia yang makan di restoran yang kini terkenal itu. Walaupun begitu, Marshya tetap rindu kepada orangtuanya yang tinggal di Indonesia, tempat kelahiran Marshya.
Di pengujung Desember, para koki, kasir, dan pelayan yang bekerja di Yummy Frenzy Restaurant menerima gaji. Setelah gajian, restoran ditutup sementara karena keluarga pemilik restoran akan berlibur ke luar negeri. Sementara koki, kasir, dan pelayan boleh berlibur sendiri. Marshya kembali ke hotel kepunyaan si Pemilik Yummy Frenzy Restaurant. Itu adalah hotel yang ditinggali oleh para pegawai restorannya. Di hotel itu, Marshya sekamar dengan Fadhillah. Namun, Fadhillah sudah pulang duluan ke Prancis.
Marshya kini akan pulang ke Indonesia dengan membawa buah tangan dari New Zealand. Marshya senang sekali karena sekarang dia mempunyai adik perempuan. Ibu Marshya baru melahirkan di rumah sakit tadi malam.
Hari itu, salju sedang turun. Marshya memakai jaket merah muda. Kerah dan bagian tangan jaket itu dihiasi bulu ayam. Jaket yang tidak menyerap air itu dia beli di Jacket Shop yang ada di sekitar Yummy Frenzy Restaurant. Marshya mencangklongkan tas selempangnya, lalu menyeret kopernya ke luar hotel. Dia akan menuju bandara.
Sebelum ke bandara, Marshya berbelanja oleh-oleh di Giselle Souvenir Shop, sebuah toko suvenir yang paling lengkap di New Zealand. Marshya masuk dan bunyi lonceng yang ada di atas pintu terdengar lucu. Krinciiing ... krinciiing .... Kebetulan, sebentar lagi Natal tiba dan pohon Natal besar ada di samping pintu masuk. Tapi, Marshya beragama Islam. Jadi, dia tidak merayakan Natal. Marshya mengambil keranjang dan mulai menelusuri rak yang ada di dalam toko.
Yang pertama, Marshya mau membeli barang untuk dirinya sendiri. Oh iya, Marshya itu, walaupun umurnya sudah lima belas tahun, tapi tetap senang main boneka. Marshya melihat boneka rusa lucu. Marshya merasa tertarik, kemudian memasukkan salah satu boneka rusa ke keranjang yang dibawanya. Di leher boneka rusa itu, ada pita merah berlonceng kuning keemasan yang bisa berbunyi krincing ... krincing.
Ibu dan ayah tidak suka barang, tapi mereka suka makanan dari mancanegara. Marshya pun membeli makanan kemasan khas New Zealand di toko itu. Salah satunya, permen stroberi yang lembut dan kenyal. Sementara, untuk adiknya yang baru lahir, Marshya tidak membeli apa-apa karena belum tahu apa kesukaan adik perempuannya itu.
Setelah membayar, Marshya menerima sebuah kantong kertas tebal yang cukup besar untuk menampung belanjaannya, lalu bergegas pergi ke bandara. Marshya sudah memesan tiket pesawat sejak minggu lalu. Marshya pun menunggu taksi di trotoar seberang toko.
Tin ... tin .... Bunyi klakson taksi yang melaju ke arah Marshya. Marshya pun naik dan duduk di kursi belakang. Sebelumnya, sopir taksi membantu menaikkan barang-barang Marshya ke bagasi. Lalu, sopir taksi yang ramah itu menyetir menuju bandara.
Marshya melihat pemandangan dari kaca jendela mobil. Salju turun dengan derasnya. Marshya merasa haus dan meminum air putih dari botol minumnya. Tenggorokannya kembali basah dan segar. Dia menaruh kembali botol minumnya ke dalam tas selempangnya. Beberapa menit kemudian, taksi sampai di depan restoran seafood yang ada di samping bandara.
“Pak, tolong berhenti, ya. Saya mau makan dulu,” pinta Marshya.
“Iya, Nona. Terima kasih, ya, telah menumpang taksi saya,” ucap sopir taksi itu sambil memberhentikan taksinya di depan restoran Delicious New Zealand Seafood Resto.
Marshya mengangguk sambil tersenyum dan membuka pintu taksi. Dia mengambil kembali barang bawaannya dan memberikan ongkos yang cukup banyak kepada sopir taksi itu. Taksi itu berlalu dan Marshya masuk ke dalam restoran. Marshya pergi ke lantai atas yang tempatnya lebih sepi karena di lantai bawah sudah penuh dengan pengunjung.
Seorang pelayan menghampiri Marshya. “Mau pesan apa, Nona?” tanya pelayan itu sambil memberikan menu kepada Marshya.
Marshya mengamati dan membaca tulisan yang ada di menu. “Hm ... saya pesan nasi goreng seafood yang memakai cumi-cumi, udang, dan kepiting yang dipotong kecil- kecil, lalu burger udang, dan jus stroberi yang tidak pakai es,” pesan Marshya.
Pelayan itu mencatat semua pesanan Marshya dan pergi ke lantai bawah. Selagi menunggu pesanannya datang, Marshya makan keripik udang kornet yang disediakan dalam toples yang ada di meja. Mmm ... enak!
Tak lama kemudian, pesanan Marshya datang. Tak lupa, dia membaca doa dulu sebelum menyedot jus stroberi dan memakan nasi goreng. Rasanya enak sekali. Dia mencampur nasi gorengnya dengan saus tomat dan sambal. Sesudah makan nasi goreng, Marshya menyedot lagi jus stroberinya, lalu makan burger. Burger itu seperti burger biasa, tetapi isinya bukan daging, melainkan udang berukuran kecil yang sudah dikupas kulitnya. Burger itu juga memakai keju dan selada. Dia mencampurkan saus tomat dan sambal di atas selada. Happp ... mmm ... enak banget, deh, rasanya.
Setelah semuanya habis, Marshya mengelap mulutnya yang belepotan saus tomat, sambal, dan mayones dengan tisu. Setelah itu, dia memesan segelas teh susu manis hangat dan kue stroberi berukuran mini untuk dibawa. Barulah dia membayar semua pesanannya. Teh susu itu ditempatkan dalam gelas yang dibuat dari styrofoam putih bertutup plastik bening. Jadi, untuk meminumnya harus pakai sedotan.