Kamu pasti jijik, kan, sama selokan yang kotor? Nah, kalau selokan yang jernih, apakah masih jijik juga?
Di sebuah kota di Sulawesi, tampak dua orang anak yang sedang berbincang-bincang. Ya, mereka adalah Kitty dan Sani, dua sahabat yang baru pulang dari sekolah.
“Eh, San … tadi ulanganmu dapat berapa?” tanya Kitty.
“Sembilan koma lima. Kalau kamu berapa?” jawab Sani balas bertanya sambil menepuk pundak Kitty.
Kamu hebat. Aku dapat delapan koma delapan,” puji Kitty.
Mereka terus berjalan. Tiba-tiba, Kitty terperosok ke dalam selokan. Kaus kakinya jadi basah kuyup. Untungnya, selokan ini sangat jernih. Airnya belum tercemar. Bahkan ada ikan di situ. Sani hanya bengong.
“San, tolong, dong!” seru Kitty.
Wah, selokan di bawah jembatan itu, dalamnya kira-kira delapan puluh sentimeter. Sani langsung menjulurkan tangan dan menarik tangan Kitty. Lima menit kemudian, barulah Kitty bisa naik.
“Thanks, ya, San,” kata Kitty dengan tersenyum manis. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, mereka menceritakan kejadian itu kepada Lyss dan Lutfi.
“Yang bener kamu Kitty?” kata Lutfi tak percaya.
“Suer …! Beneran, aku enggak bohong. Tanya saja sama Sani!” kata Kitty jujur sambil menunjuk Sani.
“Bener, tahu! Kami enggak bohong!” kata Sani sambil membetulkan bandonya yang miring.
“BOHONG!” jerit Lyss. Mendengar itu, semua anak langsung mengerubuti meja Lyss.
“Ada apaan? Gosip?” tebak Vivi yang selalu menang olimpiade tebak-tebakan.
“Ceritain, dong!” ucap Kitasya manja. Tentu saja manja. Dia, kan, selalu dimanja oleh ibunya. Kayak putri, deh.