“Tuan, Tuan!”
Sesosok hitam mungil membungkuk melihat seorang anak perempuan jangkung berambut hitam. Tubuhnya kurus dan tulang-tulangnya menonjol. Suaranya lirih namun tegas.
“Mereka sudah datang,” lanjutnya. “Trixie, yang terpilih sudah lahir.”
Trixie menoleh kepadanya. Mata birunya yang lincah, memancarkan kecerdasan.
“Sudah waktunya, Toby. Sudah waktunya,” Trixie berujar, menengadah ke langit. “Akademi Gugu Gaga akan berubah mulai sekarang.”
Trixie mengangkat alis, seakan mengharap Toby berbicara. Karena dia diam saja, Trixie bersuara lagi.
“Kamu masih ingat dulu, kan?” katanya. “Sewaktu kita, semua agen yang sekarang, Jessica dan lainnya, yang kini bekerja di sekolah masih bayi. Kita tidak tahu apa-apa, sehingga timbul masalah belajar saat kita tumbuh.”
Toby mengangguk. Matanya membelalak ketakutan.
“Akademi Gugu Gaga dulu menyenangkan untuk para bayi,” Trixie meneruskan. “Tapi semuanya harus mulai diubah. Sekolah ini tidak terlalu mengasyikkan lagi. Sebagai Kepala Agen Rahasia, kamulah yang bertugas mencari tahu apa yang terjadi.”