Siang yang panas. Aku dan adikku, Mira, sedang menonton TV ditemani segelas limun dingin yang segar. AC ruang TV kami dinyalakan. Rasa gerah perlahan-lahan hilang berubah menjadi hawa sejuk dan segar.
“Kak Zila, abi dan umi kapan pulangnya, sih?” tanya Mira. Umi dan abi sedang pergi sehingga kami hanya berdua di rumah.
“Mungkin sepuluh menit lagi. Kata abi, pulangnya pukul 12.15. Sekarang baru pukul 12.05. Sabar, ya, Dik,” hiburku.
Benar saja. Sepuluh menit kemudian, suara mobil abi terdengar. Dik Mira bersorak senang. Dia segera berlari ke depan pintu untuk menyambut umi dan abi.
“Assalamu ‘alaikum .... Wah, Adik sudah menunggu dari tadi, ya? Umi punya sesuatu, lho!” kata umi sambil menyibakkan tirai yang membatasi ruang tamu dengan ruang keluarga.
“Wa ‘alaikum salam .... Yey! Umi bawa apa ...?” seru Dik Mira sambil membuntuti umi ke kamarnya.
“Ini, Umi belikan boneka kelinci untuk Adik!” seru umi sambil memberikan sebuah plastik putih dengan motif bunga-bunga kepada Dik Mira.
“Makasih, ya, Umi ...! Mmmuaaah ...!” Dik Mira mencium pipi umi. Abi tersenyum melihat Dik Mira senang.
“Kalau aku?” tanyaku sambil memasang muka manja. Aku berharap juga dibelikan boneka beruang pink idamanku.
“Oh, Umi sama Abi minta maaf, ya, Kak. Kita belum bisa membelikan boneka idaman Kakak. Tadi, di mal tidak ada. Yang ada hanya boneka kelinci dan panda hitam putih. Maaf, ya! Mudahmudahan nanti sudah ada ...,” kata abi.
“Yah ... gimana, sih? Tadi katanya sudah janji, tapi ...,” keluhku.
“Umi, kan, bilangnya ‘insya Allah’. Jadi, enggak janji, kan?” protes Dik Mira.
“Iya, sih. Tapi ...,”
“Ya sudah, enggak apa-apa. Main dulu aja sama bonekaku! Kita main bareng, yuk! Enggak apa-apa, kok!” ajak Dik Mira senang.
“Iya, deh ...,” kataku menyerah.
Tapi, sebenarnya aku iri sama Dik Mira. Mungkinkah umi dan abi melupakanku waktu membeli boneka di mal? Bukannya di mal itu lengkap? Apakah umi dan abi lebih sayang Dik Mira sehingga hanya membelikan boneka untuk Dik Mira?
Aku pun akhirnya bermain dengan adikku bersama boneka kelincinya yang berwarna pink berbulu halus itu. Aku memaksakan diri menampakkan muka senang. Tapi yang terjadi sebaliknya. Aku tersenyum kecut.