Kulihat jam yang berada di tangan kiriku yang mungil. Kusisir rambutku dengan amat rapi. Karena, hari ini aku bersekolah di sekolah baruku yang bernama Not Eraser Smart. Aku pun ber-angkat ke sekolah dengan riang, membayangkan indahnya sekolah baruku.
***
Sesampainya di sekolah, aku masuk dan menaruh tas di bangku seseorang. Tiba-tiba, ada yang menepuk pundakku.
“Heh! Pasti kamu yang bernama Citra itu, kan?” tukas anak itu.
“Betul, namaku Citralia Lestari. Ada apa, ya?” balasku.
“Hah? Emangnya, kamu ini siapa? Berani bertanya sama aku!” tegur anak itu.
“Betul, Yura! Anak seperti dia pantas diberi pelajaran! Hukum saja dia!” kata teman Yura.
“Yura? Kenapa, kamu tiba-tiba memarahiku?” tanyaku.
“Sudahlah. Tidak usah banyak tanya!” kata Yura, sambil mendorong perutku dengan keras.
“Aw! Hiks … kamu jahat sekali, Yura! Kamu tega seperti itu kepadaku?” kataku, sambil menangis dan meninggalkan Yura dengan kesal. “Hahaha ...! Rasakan itu, Anak Cengeng!” kata Yura dan temannya, dengan senang.
Aku pun berlari ke halaman sekolah yang sedang sepi. Aku duduk di kursi, tempat Pak Satpam biasa duduk. “Hiks! Aduh ... untung tidak terlalu parah,” kataku sambil menghela napas.
“Hai! Kamu anak baru, ya?” sapa seseorang, sambil duduk di sampingku.