Bagaimana rasanya, ya, memiliki saudara kembar? Bukan kembar dua, tapi kembar tiga! Akan ada dua orang yang wajahnya sangat mirip denganmu. Begitulah yang terjadi dengan Thea, Lea, dan Mia. Mereka kembar identik. Wajah mereka sangat mirip. Thea lahir duluan setelah itu Lea, dan terakhir, Mia. Rambut mereka sama-sama keriting dan panjang.
Pagi itu, Thea bangun lebih dulu. Dia segera shalat Subuh, mandi, dan mengganti baju. Kemudian, dia melaksanakan ritual setiap hari, membangunkan Lea dan Mia.
“Lea, bangun!” Thea mengguncang-guncangkan tubuh Lea. Lea dan Mia tidur di bunk bed (tempat tidur tingkat). Thea semalam tidur di kasur bawah. Mereka sering bertukar tempat.
Lea menggeliat. Sekarang sudah pukul lima pagi. Jadi, tadi Thea bangun jam berapa?! Ternyata, Thea bangun pukul setengah lima. Thea naik ke tingkat atas bunk bed dan membangunkan Mia. Mia susah sekali dibangunkan.
“HEIII!” teriak Thea. Mia menutup wajahnya dengan selimut, menggerutu. “Mau sekolah, tidak? Hari ini kita ulangan, lho. Buruan bangun dan shalat Subuh!” kata Thea, menyingkapkan selimut dari wajah Mia.
Mia bangkit dengan wajah jengkel melihat Thea. Mia segera beranjak ke kamar mandi dengan mata masih mengantuk.
Lea yang sudah selesai mandi dan shalat membereskan barang-barang mereka. Dia mengecek tas Thea dan Mia, apakah ada barangbarang yang belum dimasukkan. Kemudian, dia mengecek barangnya sendiri. Ternyata, dia belum memasukkan buku IPS. Setelah memasukkan buku IPS, Lea menutup tas birunya.
Tak lama kemudian ....
“Ayo berangkat, Girls!” ajak Lea, mengangkat tas hijau Thea dan tas ungu Mia. Mia buru-buru memakai ikat pinggang dan mengambil jaket pink-nya. Mia memang pinkaholic. Apa pun yang berwarna pink, pasti milik Mia.
Si kembar segera ke ruang makan. Mereka duduk di kursi meja makan sambil menunggu sarapan dihidangkan. Bibi Jun yang bekerja di rumah mereka meletakkan roti isi di piring si kembar. Ibu dan ayah mereka keluar dari kamar dan ikut sarapan bersama.