KKPK The World of Lulu

Mizan Publishing
Chapter #3

Percakapan Lulu dan Ayah

Siang itu ....

"Ibukota Jepang, Tokyo ... Amerika, Washington DC ... Indonesia, Jakarta ... Cina, Beijing ... Korea Selatan, Seoul ... Taiwan, Taipei ...."

Lulu menutup buku sejarahnya. Dia menghela napas dan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang yang empuk. Seprai pinky-nya terlihat indah dengan sulaman bunga matahari yang bermekaran.

"Lulu ...!" terdengar suara ayahnya yang serak berbarengan dengan ketukan di pintu kamar Lulu.

"Ah, Ayah, ada apa, sih? Aku lagi menghafal pelajaran, nih. Pasti Ayah cuma mau mengganggu Lulu, ya?" ujar Lulu dengan malasnya.

Lalu, kriekkk ... pintu kamar Lulu terbuka.

Seorang pria setengah baya, dengan rambut yang hitam pekat, masuk. Wajahnya tampak suram.

"Apakah aku pernah mengajarimu untuk mengucapkan kata-kata itu sehingga menurutmu wajar untuk kamu ucapkan kepadaku?" kata ayah Lulu.

Wajah ayah Lulu terlihat pucat. Matanya sembab, seperti orang yang kurang tidur. Kulit sawo matangnya tampak tidak bersinar sama sekali. Kesulitan dan beban hidup yang berat tergambar jelas di wajahnya.

"Aku bawa senampan kue kering untukmu. Aku harap kamu mau menyantapnya sekarang juga. Jangan kamu bilang kue ini tidak enak ... aku bisa sedih mendengarnya ...!" ayah Lulu menyodorkan senampan kue kering dengan olesan selai kacang.

"Lalu, bagaimana jika anakmu tidak menyukai kue buatanmu?" kata Lulu. Ucapannya terdengar tidak sopan. Dia mencondongkan badannya ke arah nampan, memperhatikan kue tersebut sambil mencium aromanya.

"Makanlah dulu, mungkin aku bisa pensiun menjadi tukang buah-buahan. Aku bisa ganti profesi menjadi tukang kue dan membuka toko kue di seluruh dunia ...!" ucap ayah Lulu, tampaknya dia begitu memikirkan hal itu, bahkan terdengar sangat berharap.

Lulu tidak senang mendengar ucapan ayahnya, dia menggeleng dan berkata, "Tak akan ada orang yang bisa pensiun dari berdagang buah-buahan ... kecuali berhenti!" ucap Lulu.

"Kamu belum cukup dewasa untuk mengatakan hal itu ... tidak pantas!" gumam ayah Lulu sembari mengambil kue, lalu mengunyahnya.

"Enak ... mmmh ... aku tak menduga kalau kue buatanku ternyata seenak ini ... mmmh ... kamu harus mencobanya, Lulu!"

"Ayah pikir setelah memakan kue itu, aku bisa hafal semua yang sedang kupelajari? Bukan saatnya makan kue ...!" ucap Lulu tidak senang.

Lihat selengkapnya