“Pergilah, aku hanya akan memperlambatmu. Aku sudah tidak bisa lari lagi...” ucap wanita yang terengah itu dengan senyuman, meskipun tatapannya begitu nanar dan sedih.
“Maafkan aku... Maafkan aku... Kalau saja aku tidak pernah memulainya, paling tidak hidupmu masih terjamin.” Pria yang ada di hadapan wanita itu kemudian berlutut sambil memeluk pinggang si wanita.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan atau disalahkan, Marcy... Berhenti berlutut! Aku tidak pernah sekalipun menyalahkanmu. Aku justru berterimakasih karena aku tau masih ada orang yang mau berada di sisiku.” Wanita itu kemudian mengelus rambut sang pria yang terisak di pelukannya.
Di kejauhan, dari sela-sela pohon yang lebat, wanita itu bisa mendengar suara gaduh yang semakin mendekat. Jantungnya yang kelelahan akibat berlari, kini tertutup oleh suara debur ombak dan bau asin lautan. Dia memandang jauh ke horizon. Rambutnya yang terjuntai sebahu tertiup hembusan angin lembut.
Ini akan menjadi kali pertama dan terakhir baginya untuk melihat lautan. Dia sudah tidak takut lagi.
“Sebaiknya kau pergi sekarang atau mereka akan menangkapmu juga,” ucapnya yang kemudian segera dijawab dengan tatapan sang pria yang tidak bisa dia artikan. Pria yang disebut Marcy itu berdiri dan memeluk tubuh mungil si wanita yang semakin mengurus sejak terakhir kali mereka bertemu.
“Maaf... Tapi aku tidak akan pergi. Aku tidak bisa. Jika waktumu berhenti disini, itu adalah akhir untukku juga.” Mata pria itu berkaca-kaca sambil menatap manik mata sang wanita. Wanita itu terkejut dengan pernyataan yang dikatakan sang pria. Bagaimana tidak, sang pria baru saja mendeklarasikan sesuatu yang tidak seharusnya dia lakukan.
Sahabat sekaligus pria yang ia cintai itu baru saja bilang dia akan mati bersamanya. Kini dia panik karena dia tidak tahu apa yang ada di pikiran pria di hadapannya, sedangkan suara-suara berisik itu sudah semakin dekat.
“Jangan bodoh!! Mereka akan membakarku hidup-hidup! Kau tau kan mereka itu orang bar-bar? Mereka tidak punya belas kasihan! Kau juga akan terkena imbasnya, Marcy!” ucap sang wanita marah.
Namun yang ia dapatkan malah senyuman lebar dari sang pria.