KLANDESTIN: DUA SISI

Lirin Kartini
Chapter #15

BAB. 15 - TIDAK BIASA

“Yun? Yuna?”

Suara Juan terdengar samar-samar dan tampak jauh, sampai ada yang menyentuh bahu dan tangannya.

“Eh, apa?” Yuna mengerjapkan mata. Bingung karena sang suami mendadak ada di sampingnya. Seingatnya Juan dan Geena sedang duduk menghadap meja makan untuk makan malam yang terlambat.

“Kamu melamun apa?” Juan meraih tangannya yang ternyata sedang memegang centong nasi.

Sekali lagi Yuna mengerjap lalu terbelalak kaget. “Ya, ampun!” serunya. Nasi di piringnya tampak menggunung melebihi jumlah normal yang dia konsumsi. Buru-buru diambilnya piring lain dan menuang separuh isinya.

Geena menerima piring nasi itu sambil mengedipkan mata pada sang ayah. Yuan terkikik geli sambil kembali ke kursinya. “Aku tahu, Yun, kamu mau makan sebanyak apa pun nggak bakalan gemuk. Tapi masa melebihi porsi kuli begitu?” Juan  masih terkekeh sambil menerima lauk yang dihidangkan sang istri.

“Itu muji atau nyindir?” Yuna cemberut. Pipinya memerah karena malu. Untuk saat ini isi kepalanya memang penuh dan carut marut seperti benang kusut. Apa yang dilihatnya tadi di depan rumah adalah penyebabnya. Meski dia ingin mengalihkan atau memungkirinya, tapi sosok itu benar-benar terlihat nyata.

Hingga larut malam, bayangan itu masih memenuhi benak Yuna dan membuatnya tidak bisa tidur. Beberapa kali dia membolak-balik tubuhnya di tempat tidur karena gelisah. Beruntung Juan tertidur pulas dan tidak menyadari kegelisahannya.

Menjelang subuh, Yuna memutuskan untuk bangun. Percuma memaksakan diri untuk tidur jika seluruh fisik dan psikisnya menolak. Baik otak maupun hatinya tidak tenang. Tubuhnya pun merasa tidak bisa rileks.

Dalam keremangan langit kelabu, Yuna menyusuri teras paviliun lalu masuk ke dalam. Wanita renta yang terbaring di sana masih terlelap. Ditatapnya wajah penuh keriput itu lalu menghela napas panjang. Sambil mengusap jemari kurus itu, dia bergumam banyak hal.

Benarkah itu dia? Sedang apa dia di sini? Mau apa dia? Setelah sekian lama menghilang, apa tujuannya datang ke mari? Yang paling penting, dari mana dia tahu tempat ini?!

Yuna kemudian bergegas keluar dari paviliun dan melakukan rutinitas paginya dengan buru-buru. Setelah itu dia mengambil ponsel dan mengirim pesan pada seseorang. Tepat ketika pesan balasan masuk, Juan terbangun.

Pria itu tampak terkejut melihat Yuna sedang merias diri di depan cermin. “Yuna? Pagi-pagi begini kok sudah rapi?” tanyanya sambil mengucek mata dan menguap lebar.

Yuna tidak menjawab. Dia sudah selesai menyapukan lipstik merah mengilap di bibirnya lalu beralih menyisiri rambutnya. “Buruan mandi, nanti telat,” tegurnya saat sang suami malah kembali merebahkan diri di kasur.

“Lima menit lagi,” gumam Juan pelan.

Kepala Yuna menggeleng melihat kelakuan suaminya. Dia kemudian keluar dan menemukan Geena sudah rapi dengan seragamnya. Ekspresi gadis itu juga sama seperti sang ayah, dan semakin terkejut ketika mendengar kalimat berikutnya.

“Hari ini Mama yang antar kamu ke sekolah.”

Lihat selengkapnya