“GILA! Naik 56% dua hari, Bung! Ini sungguh-sungguh gila!” Prasada melompat-lompat, melemparkan ponselnya tinggi-tinggi ke udara, menangkapnya lagi. Ia mengepalkan tinju, berkata “oh yeah” dan “oh yes” belasan kali sambil berlari berputar-putar di teras vila itu, lalu berdiri di kursi.
Bung Alex meninggalkan teras vila, mendekati Prasada. “Jadi, berapa keuntunganmu di saham bank itu?”
“Delapan puluh empat juta, Bung!” kata Prasada sambil melompat dari kursi. “Delapan puluh empat juta rupiah dalam dua hari!”
Bung Alex menaikkan alis sambil tersenyum lebar. “Kau akan menjualnya?”
Prasada terdiam, menatap Bung Alex beberapa detik. “Oh yeah and oh yes, Bung!” serunya. Perkiraannya tidak meleset. Sejak seminggu lalu, bank itu sering diberitakan berbagai media, dikabarkan akan diakuisisi oleh sebuah bank swasta yang besar. Seminggu yang lalu harganya bergerak naik perlahan-lahan, tapi dua hari terakhir ini naik gila-gilaan sampai mengalami ARA (auto reject atas) yang artinya mencapai batas tertinggi. “Selesai, Bung!” seru Prasada sambil merangkul pundak pria tua itu.
“Akan kauapakan uang itu, Pras?”