Klik "yes"

Sarniati witana
Chapter #9

Move on

Tiga tahun kemudian.

"Moza, istirahatlah beberapa hari, Nak. Apa kamu ngga percaya sama karyawanmu sendiri? mereka udah cukup lama bekerja dengan kita lho, ibu rasa mereka sudah paham betul dengan pekerjaannya," kata ibu menghampiri Moza yang sedang bersiap untuk pergi ke kantor. Dia juga biasa mendatangi beberapa outlet butiknya hanya untuk sekedar memantau perkembangan di butik.

"Bukan begitu, Bu. Ini udah jadi tanggung jawab Moza sebagai atasan, Moza cuma ingin memastikan semuanya baik-baik saja, ya seperti yang ibu tahu, Moza ngga betah kalau hanya berdiam diri, lagi pula kalau dihitung-hitung paling Moza seminggu sekali menyambangi butik," jawab Moza.

"Iya sih seminggu sekali, tapi dikali tujuh tempat. Kamu ini, emang ngga berubah dari dulu, kerja keras itu emang penting, tapi pikirkan juga kesehatanmu, Sayang. Paling ngga ambillah cuti sebentar buat liburan," ujar ibu sambil merapikan rambut putrinya.

"Iya, Bu. Tenang aja, Moza sehat dan baik-baik aja kok. Ya udah sekarang kita sarapan dulu yuk!" ajak Moza.

Di meja makan.

"Bu, Moza ada sesuatu buat ibu, tapi ibu tutup mata dulu," kata Moza di sela-sela makan.

"Ada apa, Nak? kok pakai acara tutup mata segala? kamu ini ah."

"Udaah, pokoknya ibu tutup mata," jawab Moza dengan manjanya. "Jangan buka mata sebelum Moza minta ya, Bu," sambungnya.

Sebuah kotak yang tak terlalu besar dengan dibalut kertas kado bermotif mawar merah Moza keluarkan dari dalam tasnya.

"Sekarang buka mata ibu," pinta Moza.

"Selamat ulang tahun, ibuku! semoga ibu dikasih umur yang panjang dan berkah, kesehatan, murah rezeki, dan selalu sayang sama Moza," ucap Moza seraya memberikan kado untuk sang Ibu yang hari itu genap berusia empat puluh delapan tahun.

"Moza? makasih, Sayang. Ibu terharu di setiap tahunnya, kamu selalu saja kasih kejutan buat ibu, makasih doanya ya, Nak," dengan mata berkaca-kaca, wanita paruh baya itu menerima kado tersebut.

"Iya, Bu, ayo buka dong kadonya."

"Oke, ibu buka yaa." Dan saat Bu Hesti membuka isi dari kotak itu, "Ya Tuhan, Nak, cantik sekali.." tutur sang Ibu berdecak kagum melihat seuntai kalung berlian nan indah pemberian putrinya.

"Ibu suka?"

"Tentu ibu suka, Sayang. Tapi, ini terlalu mahal, ibu ngga pernah minta apapun dari kamu, ibu cuma ingin kita berdua selalu sehat, dan kamu diberikan kebahagiaan, Nak."

"Ngga ada yang mahal, Bu. Apa yang Moza kasih ke ibu, ngga akan bisa cukup buat membalas semua kebaikan ibu, pengorbanan ibu, ibu adalah segalanya buat Moza, makasih udah jadi sosok ibu sekaligus ayah yang tegar dan sabar untuk Moza. Apa jadinya Moza jika tanpa ibu," cairan bening pun membasahi pipi gadis itu.

"Ssstt.. jangan nangis, Nak. Ibu ngga mau lihat ada air mata lagi di matamu. Kamu anak ibu satu-satunya, putri ibu, kebanggaan ibu, harta ibu yang paling berharga melebihi apapun di dunia ini. Ibu akan selalu disisimu sampai akhir nafas ibu. Sini Nak, peluk ibu!"

Lihat selengkapnya