Di rumah Om Daffa.
"Uncle Anthoni...! Yeeee! Uncle datang, papa...ada Uncle Anthoni nih..!" seru Zidan, anak bungsu dari Om Daffa berlari menyambut kedatangan Anthoni.
"Halooo..! Apa kabar kamu haa? Udah gede aja, kelas berapa kamu?" sapa Anthoni memeluk keponakannya itu.
"Kelas 4 Uncle, ajarin Zidan main basket yuk! Zidan ada lapangan basket lho di samping rumah," ujar Zidan menggandeng tangan Anthoni.
"Zidan, Uncle baru nyampe lho, masih capek, biar duduk dulu, ntar baru main basket. Anthoni, kamu apa kabar?" sahut tante Miska, mamanya Zidan seraya menyalami Anthoni.
"Aku baik, tante. Tante gimana kabarnya?"
"Tante baik, ayo duduk dulu kita crita-crita dulu yuk! Om kamu lagi sibuk di ruang kerjanya, biasa, urusan kantor," jawab tante Miska.
Anthoni duduk di sofa ruang keluarga, "wahh, Om Daffa nih, minggu gini masih sibuk urusin kerjaan aja, paling keren emang si Om nih, hehe!" canda Anthoni.
"Yah, begitulah dia. Eh, gimana kabar mama papa kamu di Kanada, kapan liburan ke Jakarta?" tanya ibu dari dua anak tersebut.
"Emmm.. tante ini kayak ngga tahu mama papaku aja, kalau ngga ada moment yang penting-penting amat, ya ngga bakalan kesini, lebih milih ngurusin bisnis disana," jawab Anthoni sembari menyandarkan punggungnya di sofa.
"Huuuuufh, iya juga sih ya. Makanya buruan nikah, biar papa mama pulang kesini," seloroh tante Miska seraya tersenyum.
"Ah, tante ini. Ngga Om Daffa ngga tante bahasnya ujung-ujungnya kesitu. Anthoni aja masih jomblo gini, nikah sama siapa?!" ujar Anthoni santai.
"Ah, tante ngga percaya kamu jomblo. Pasti banyak tuh pacar bule kamu di Kanada ya kan? ponakan tante ini kan ganteng, idola para cewek, mana ada cewek yang nolak kamu," celoteh Miska.
"Nah itu dia masalahnya, tante. Cewek yang aku mau, belum bisa nerima Anthoni. Jadi Anthoni masih usaha buat dapetin hatinya, tante.."
"Serius kamu? Wah, jadi penasaran tante nih, cewek yang berani nolak kamu itu, kapan-kapan ajak kesini dong, kenalin sama tante!"
"Lho kok malah jadi tante yang excited gitu sih, hehe. Iya deh kapan-kapan kalau dianya udah mau ya, makanya tante doain dong biar aku berhasil dapetin hatinya," Anthoni tersenyum lebar menanggapi tingkah tantenya.
"Iya dong, harapan tante semoga kamu cepet dapet jodoh. Secara karir kamu udah bagus, masa depan oke, apa lagi coba, ya tinggal nyari pendamping dong."
Anthoni hanya bisa tersenyum mendengar wejangan dari wanita yang bawel namun perhatian itu.
"Uncle, Uncle, kapan kita mainnya? Zidan nungguin nih," ucap Zidan menghampiri Anthoni.
"Oiya, sampai kelupaan keasikan ngobrol, ayo main yok! Eh kamu kok udah tinggi aja sih, dulu terakhir ketemu Uncle masih kecil, masih ingusan," kata Anthoni mengelus kepala Zidan. "Tante, Anthoni tinggal dulu ya!"
"Oke, selamat bermain yaa!" sahut tante Miska.
***
"Wuuuih, keren banget Uncle Anthoni, aku bisa ngga ya sehebat Uncle?" ucapan takjub dari bocah sepuluh tahun itu saat Anthoni mengajari cara melakukan dribble.
"Ya bisa dong, asal kamu rajin latihan. Nah sekarang kamu coba masukin bolanya ke ring, posisi kamu tetap disini, coba!" Anthoni terlihat sabar mengajari keponakannya.
"Yeeee! Masuk dong!" seru Zidan girang. "Sip! Bagus! Tuh udah pinter kamu, kalau makin rajin latihan, pasti makin jago mainnya. Ayo sekarang belajar rebut bola dari Uncle ya,, come on, Zidan! Kejar Uncle!" Keduanya tampak asik dan fokus di tengah lapangan. Hingga tak terasa hari mulai sore.
"Huufh, gimana? Seru ngga? Capek yaa?"
Anthoni dan Zidan duduk di lantai lapangan setelah lelah latihan.
"Seru banget, Uncle. Makasih ya, udah ajarin Zidan main basket."