KLIIING...!
Anthoni merogoh ponsel di kantongnya dan membuka pesan yang baru saja masuk.
"Besok malam dateng ke acara ulang tahun Moza, di rumahnya. Tenang aja, ini atas persetujuan Moza kok."
Pesan dari Vira.
Wajah Anthoni mendadak semringah, senyumnya merekah, dia menyudahi kesibukannya di depan laptop lalu bergegas pergi ke suatu tempat.
Dengan membawa selembar foto dirinya bersama Moza saat masih memakai seragam SMA, keduanya terlihat berangkulan. Dia mendatangi sebuah toko lukisan.
"Permisi, bisa terima jasa lukis, Pak?" tanya Anthoni kepada seorang pria pemilik toko tersebut.
"Ya, tentu. Semua lukisan disini hasil karyaku sendiri, kebetulan saya suka seni," jawab pria itu ramah.
"Tapi saya butuh cepat, Pak, langsung jadi hari ini juga, nanti sore saya ambil." Anthoni menyodorkan selembar foto yang dibawanya.
"Tidak masalah, saya akan langsung kerjakan," jawab pria itu. "Hemm.. ini foto yang manis." Pria itu tersenyum dan mengangguk menatap foto itu.
"Oke, nanti sore saya ambil ya, Pak. Terima kasih!" Pungkas Anthoni sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.
***
Di rumah Moza.
"Moza, sini Nak, ibu mau bicara!" panggil Bu Hesti dari ruang keluarga.
"Iya, Bu!" sahut Moza menghampiri ibunya. "Ada apa, Bu?"
"Ibu ada sesuatu buat kamu," kata ibu sambil menyodorkan sebuah kotak kardus ke hadapan putrinya. "Duduk, Sayang."
"Apa ini, Bu?" tanya Moza penasaran. "Moza buka, ya."
Bu Hesti mengangguk dengan tersenyum.
Terlihat sebuah gaun berwarna pink muda terlipat rapi. Moza menyentuh pelan, matanya berbinar dan sesekali beralih pandang pada wanita di depannya itu. "Bu, ini ... " ucap Moza seraya membuka lipatan gaun itu. "Haaah..?" Moza berdecak kagum. "Ini ... ini indah sekali, Bu, ini untuk Moza?." Moza berdiri memandangi gaun di tangannya.
"Iya, Sayang. Pakailah di acara ulang tahunmu besok, itu hasil jahitan ibu sendiri, ibu buatkan spesial buat kamu. Kamu suka kan?" kata ibu yang masih duduk di hadapan Moza.
"Suka banget, Bu. Ini warna kesukaan Moza. Makasih ya, Bu, Moza sayang sama ibu." Peluk Moza dengan mata berkaca-kaca.
"Ibu juga sayang sama kamu, Nak. Kamu pasti terlihat makin cantik dengan gaun itu."
"Tapi, ibu kapan bikinnya? Kok Moza ngga pernah lihat," tanya Moza. "Ibu pasti kecapean bikin ini, ini jahitannya cukup rumit dan sulit lho, Bu."
"Ibu kan banyak waktu di rumah, selagi kamu pergi ke kantor, ibu nyicil kerjain, ngga langsung jadi dalam sehari kok, jadi ibu tetep santai ngerjainnya," jelas ibu tersenyum.
"Oooowh, ini surprise banget buat Moza, ibu memang designer favorit Moza, ngga ada lawan pokoknya!" Moza mengacungkan dua jempol di hadapan ibunya.
"Kamu, ini, terlalu memuji ah."
***
Keesokan harinya, Moza beserta kedua sahabatnya, Vira dan Rani tampak sedang sibuk mendekor ruangan sedemikian rupa. Sebenarnya mereka hanya sekedar mengoreksi hasil dekorasi ruangannya saja, mengecek apa hal yang kurang, selebihnya urusan tim dekor yang memang disewa oleh Moza .
"Pssstt.. Anthoni diundang ngga?" bisik Bu Hesti pada Vira selagi Moza sedang membuat minuman di dapur, dibantu Rani.
"Diundang, Tante. Awalnya sih emang ngga setuju dia, tapi setelah kita bujuk akhirnya mau kok." Vira mengangguk.
"Ibu ngga keberatan kok kalau Anthoni dateng ke rumah. Kalian kan emang udah lama temenan dari SMA, terlepas dari kejadian tiga tahun lalu. Ibu memang sempat kecewa, tapi ibu sama sekali ngga ada dendam pada Anthoni," ujar Bu Hesti.
"Jadi, Tante setuju kalau Moza balikan sama Anthoni?" tanya Vira dengan mimik wajah serius.
"Ibu ngga bilang begitu, itu sih terserah Moza aja. Dia kan yang jalanin, ibu ngga ada hak buat nyuruh ini itu. Paling cuma bisa ngasih nasehat selayaknya orang tua pada umumnya," jawab Bu Hesti. "Apapun yang bikin Moza bahagia, ibu pasti support, kalau dia sedih, saya juga akan ikut sedih."
Vira mengangguk dan mengusap tangan wanita paruh baya itu. "Tapi, Tante merestui hubungan Moza sama Anthoni ngga?"