Koboy Kampus

Mizan Publishing
Chapter #1

BABAK I CEMBURU KEPADA IBU PERTIWI

Adegan 1

Set: Bandung, Jalan Ganesha, ITB 1995

(Sore itu, gerimis baru selesai turun di kampus ITB. Akhirnya, orang-orang mendapatkan rasa dingin di sekitar lehernya. Bunga rambat di gerbang ITB sedang berbunga. Warnanya merah dan bagus.

ITB sedang memiliki kemeriahan yang baru di awal-awal bulan Agustus, saat dimulainya penerimaan mahasiswa baru. Secara tepat, itu adalah musim yang dirindukan, terutama oleh para mahasiswa senior.

Seorang mahasiswa senior, bernama Pidi Baiq, sedang dalam perjalanan kembali ke kampus setelah selesai makan di warung si Bobi, yaitu salah satu warung tenda yang mangkal di trotoar Jalan Ganesha.

Secara teknis, Pidi berjalan menyusuri boulevard kampus ITB. Angin berembus dari utara, adalah angin yang meniup dedaunan di setiap sisi lapang basket kampus ITB.

Pidi duduk di pinggir lapang basket untuk menonton acara orasi yang diselenggarakan mahasiswa ITB. Pidi di sana, untuk sekaligus menghabiskan sore yang basah oleh sisa gerimis di hari itu. Mahasiswa yang hadir di acara orasi itu berkumpul biasa saja. Seseorang naik ke panggung, hanya itu, kemudian bicara tentang rezim Orde Baru yang dianggapnya tidak pro rakyat.

Sore itu, langit mendung seperti mau turun hujan, udara lembap dan mungkin sedikit dingin, hanya dengan berkumpul duduk bersama mahasiswa-mahasiswa yang sedang orasi di teras lapangan basket akan cukup membantu untuk mendapatkan kehangatan.

Di bulan Juli, hujan memang sering turun, membuat kita merindukan kenyamanan yang bisa kita dapatkan di dalam kamar kostan sambil mendengar radio Ardan atau Oz. Atau nongkrong di kampus. Pada saat itu, di Bandung, anak-anak mudanya belum terbiasa nongkrong di kafe, disebabkan kafenya juga belum banyak. Hanya ada satu-dua kafe saja, salah satunya adalah Toko You di Jalan Hasanudin, Dago.

Sementara itu, Pidi masih duduk di sana, menonton acara orasi dari tempat yang agak jauh. Tidak lama kemudian, Pidi melihat seseorang bernama Ardi naik ke panggung dan bicara dengan sedikit berapi-api di depan kerumunan mahasiswa yang jumlahnya sekitar 100 orang. Suasana acara orasi itu sedikit kurang meriah, meskipun mahasiswa selalu bertepuk tangan setiap ada kalimat yang emosionil dalam menyuarakan anti Orde Baru.)

Ardi:

Kalian pikir kami takut ...?!

Kalian pikir kami lemah ...?!

Suara kami lebih lantang!

Suara kami akan meruntuhkan ketamakan ... kebohongan ...!!!

(Seorang mahasiswi ITB, bernama Nova, sedang berjalan di Boulevard ITB. Nova adalah pacar Ardi, dia datang ke lapangan basket untuk menemui Ardi. Tetapi, apa yang dilihatnya, Ardi sedang sibuk orasi. Nova kemudian duduk di bawah pohon, menunggu Ardi selesai dengan dunianya.)

ARDI:

Kami bergerak karena nurani kami berkata ...!!!

Di mana itu kepedulian kepada rakyat ...? Jika pejabat- pejabat itu hidup dalam kemewahan, kerakusan, mencuri uang rakyat ...! Maka kami hadir untuk membawa perubahan ...!

(Pidi beranjak dari duduknya, kemudian dia berjalan memasuki arena orasi dan duduk di samping Nova yang sedang memangku dagu, melihat Ardi. Beberapa saat kemudian, Nova menarik napas cukup dalam, ada perasaan kesal yang dilampiaskan pada tarikan napasnya. Lalu menoleh kepada Pidi.)

PIDI:

Nov...

NOVA:

Hei, Pid. Tumben nonton yang beginian.

Lihat selengkapnya