kode baja, pedang langit

muhammad aziz lukman nurhakim
Chapter #7

Meja Besi

"Kita tinggal menyatukan barang yang kita peroleh dengan fragmen lainnya, lalu memulai proses analisis," ujar Yuan Mo sambil menatap panel data yang menyala redup.


"Tapi Jing Tian Men sudah mengerahkan segala cara untuk menyamarkan distribusi mereka. Kita kehilangan banyak agen dalam proses ini," robot tandem di sampingnya menimpali, suaranya berat dan penuh tekanan.


"Benar. Mereka sudah memperhitungkan banyak hal..." Yuan Mo menjawab perlahan, "...tapi satu hal yang tak mereka perhitungkan—kita punya kontak di dalam tubuh mereka sendiri."


Ketegangan sejenak mengisi ruangan.


"Kalian boleh pergi. Istirahat. Tunggu perintah berikutnya."


Tiga robot yang berdiri tegak di hadapannya memberi hormat singkat, lalu menghilang ke dalam bayang-bayang lorong metalik.


Yuan Mo menatap layar yang menampilkan gelombang energi dari fragmen-fragmen yang mereka kumpulkan. Garis-garis resonansi berkelebat cepat.


"Mari kita lihat... siapa yang akan memegang takhta dunia ini," gumamnya lirih, nyaris seperti sedang menikmati permainan strategi yang sedang berjalan.


Sudah empat hari sejak pertempuran di Ladang Besi Tua. Kejadian itu cepat menyebar di antara jaringan informasi kota. Kota Besi Lama, kota yang hidup dari rongsokan dan reruntuhan, memandang bangkai dua tubuh mekanik elite itu sebagai keberuntungan.


Setiap bagian dari tubuh mereka—sendi servo, lapisan titanium, hingga memori cadangan—bernilai tinggi. Ada yang berusaha mengekstraksi protokol tempur mereka, sebuah upaya berisiko tinggi tapi sepadan bila berhasil.


Karena kualitas tempur mereka di atas rata-rata, tubuh-tubuh itu diamankan sementara oleh Balai Lelang. Biasanya, tubuh sekelas itu tidak dijual sembarangan. Protokol akan diduplikasi, lalu dilelang ke pihak-pihak berkantong tebal—tentu dengan campur tangan pasar gelap elit di baliknya.


Rakyat miskin? Mereka hanya bisa berdesakan menonton dari luar pagar, mencoba mencuri pandang pada potongan-potongan tubuh megah yang kini hanya jadi barang dagangan.


Meja Besi.

Siapa pun di Kota Besi Lama tahu arti kata ini. Siapa pun di luar Kota Besi Lama yang berkecimpung di dunia pasar gelap juga tahu arti kata ini.

Dan siapa pun di dunia ini—termasuk kau yang sedang membaca—mungkin akan menganggap nama itu terdengar miskin ide, kering, dan terlalu terus terang.

Lihat selengkapnya