Gao Han menyilangkan dua tangannya di depan dada. Matanya menatap lurus ke depan, namun terlihat ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Namun sebelum sempat menjawab pertanyaan Lang Zhen, mereka sudah sampai di pos pemeriksaan.
“Aku belum bisa jelaskan sekarang. Kita lewati dulu pos ini,” katanya akhirnya.
Lang Zhen hanya mengangkat bahu pasrah.
Dari dalam pos, seorang penjaga melangkah keluar. Gerakannya tegap dan mantap, langkahnya presisi seperti detak mesin tua yang masih akurat. Matanya memancarkan cahaya kuning, datar dan tajam seperti pemindai. Namun, ketika sampai di hadapan Lang Zhen, ia menyunggingkan senyum tipis dan memberi hormat ringan.
“Tuan Lang. Anda datang.”
“Tentu saja. Masa aku absen dari acara sebesar ini?” jawab Lang Zhen santai.
“Tindakan Tuan di Ladang Besi Tua... sungguh tak terduga. Tuan tentu tahu aturan di Kota Besi Lama ini, bukan?”
“Jia Yi, tentu aku tahu. Tapi aku tak bisa tinggal diam saat temanku dalam masalah,” kata Lang Zhen sambil menepuk bahu Gao Han.
Gao Han maju satu langkah. Suaranya tenang namun sedikit serak.
“Tuan Jia Yi. Namaku Gao Han. Aku teman Lang dari luar kota. Tujuanku kemari hanya mengantar barang untuknya.”
Ia menarik napas sejenak sebelum melanjutkan,
“Tapi... saat hampir sampai, aku diserang perampok. Dengan susah payah aku melarikan diri dan sampai di Ladang Besi Tua, meminta bantuan Lang. Untung saja dia datang tepat waktu. Jika tidak—”
Gao Han menghentikan kalimatnya, menunduk sebentar.
“Dari mana asalmu?” tanya Jia Yi dengan suara berat.
“Kota Bilah Baja. Aku membawa jantung reaktor fusi yang dipesan Lang.”