Lea kecil duduk diatas pangkuan papanya sambil menyanyikan lagu Lilin Lilin Kecil dengan sangat merdu.
"Ingat, tetap tenang waktu tampil. Gugup adalah musuh kemenangan." Ucap papa Lea.
Lea mengangguk sambil senyum, "Papa bilang Lea Crenata itu keberuntungan. Besok Lea pasti bisa bagi-bagi keberuntungan ke teman-teman padus.
Papa Lea tersenyum lembut sambil menghusap lembut kepala gadis kecilnya. "Kamu pintar, cantik dan baik. Seperti malaikat." Kata papanya. Pujian itu selalu dia lontarkan tiap kali mengagumi kecerdasan gadis kecilnya.
Seperti biasa, mata Lea berbinar mendengar pujian itu.
"Pa, malaikat sekolah dimana?" Tanya Lea kemudian.
Pria itu Lea terdiam mencari jawaban. Anaknya memang selalu ingin tau akan segala hal. Dan jawaban 'tidak tahu' tidak akan menghentikan pertanyaan gadis kecilnya.
"Angeleciel." Jawab pria itu kemudian.
"Angeleciel?"
"Itu Universitas di Jakarta. Artinya, tingkatannya lebih tinggi dari sekolah. Dulu papa dan mama belajar di sana."
"Kalau begitu nanti Lea juga sekolah di sana!"
****
KRIIIIIIIIINGG
Ponsel Lea Crenata berbunyi keras. Dengan lemas gadis itu mengambil ponsel yang dia letakkan di balik bantal dan mematikan alarm.
Berhasil masuk kampus pilihannya seharusnya membuatnya bersemangat tiap bangun pagi, tapi bayangan wajah Petra dan tangannya yang menyentuh dada Lea tak bisa dia hapuskan dari kepalanya. Kini untuk duduk saja pun rasanya sangat malas.