Mandi dengan air hangat membuatku merasa lebih baik. Aku keluar dari kamar mandi sembari menguap. Handuk yang ada dikepalaku ku lepas, kemudian aku meraih hair dryer untuk mengeringkannya.
Setelah kering aku keluar dari kamar untuk makan. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam tetapi tidak ada tanda - tanda kehadiran orang tuaku. Mataku menangkap rawon kesukaanku yang terletak di atas meja bersama sayur bayam.
"Non, mau makan?"
Aku menoleh, ku dapati Mbak Una yang sedang memegang kemoceng. Aku tersenyum, "Iya, Mbak. Mbak udah makan, belom? Bareng aja sini sama aku."
Ketika Mbak Una menggeleng, aku kembali mengambil satu piring untuk sosok yang sekarang berada di sebelahku ini.
"Makan, Mbak." Ujarku kemudian melahap sesendok penuh nasi dengan rawon. Mbak Una tertawa kecil melihatku, "Pelan - pelan, non."
Aku tetap menikmati makananku sampai tiba - tiba terdengar suara deru mobil memasuki rumah yang menandakan salah satu dari orang tuaku pulang. Mbak Una buru - buru keluar untuk membuka pintu sementara aku cepat - cepat menghabiskan makananku. Setelah selesai, aku cepat - cepat mencuci piring kemudian naik ke kamarku. Niatku tertahan ketika mama memanggilku, "Ca, baru makan?"
Aku menoleh sambil tertawa kecil, "Hehe, iya ma. Kok pulang malem banget?"
"Tadi macet banget, Ca. Kamu udah belajar?"
Salah satu topik yang paling kuhindari malah terucap begitu saja, "Ini mau belajar dulu, Ma. Aku naik ya, Mama jangan tidur malem - malem."
Aku berlalu begitu saja ke atas walaupun dalam hati merasa bersalah juga. Sebelum aku benar - benar menghilang, ku dengar mama membuang nafas. Aku jadi merasa bersalah. Bukannya aku tidak sayang, hanya saja aku juga butuh istirahat. Apalagi badanku sudah pegal akibat latihanku yang lebih lama dari biasanya. Orang tuaku yang sibuk itu hanya bisa menuntut tanpa bisa mengerti apa yang aku inginkan. Tolong, aku butuh kasih sayang bukan hanya sekedar materi.
Aku berdiri di depan kaca berukuran besar yang biasa ku gunakan untuk latihan menari, menatap pantulan diriku dari atas hingga bawah. Ada tanda biru keunguan di dekat lutut, harus ku sembunyikan agar tidak ketahuan.
Karena jam masih menunjukkan pukul 8 lewat 30 menit, aku memutuskan untuk melatih beberapa gerakan yang menurutku masih kurang. Ketika aku mau mengambil handphone, ada notification yang muncul. Terpampang username @Davebenjamin mengirimku sebuah pesan lewat direct message instagram. Ah.. apa lagi ini?
Davebenjamin
Icha, right?
Isabella.clairine
Yash, wassup dave?
Aku seketika merutuki keputusanku untuk membalasnya seperti, aku jadi seperti orang yang sok akrab padahal kami baru bertemu 4 jam yang lalu.
Davebenjamin
Hella fine, just wanna say thank you and i want to pay u back.
Isabella.clairine
No need to pay me back, Dave. I'm okay with it, anyway how's ur leg?
Aku benar - benar seperti orang yang berusaha akrab dan melakukan pendekatan. Just Icha being Icha, huft..
Davebenjamin
It's getting better, anyway can we meet tomorrow? U can choose the place.
Aku membelakakkan mataku, aku tidak salah liat? Seorang Dave mengajakku bertemu? Bahkan kami belum seakrab itu untuk bertemu berdua di luar ya ampun. Bagaimana jika salah satu penggemarnya tahu dan aku menjadi sasaran amukan mereka? Icha, tolong jangan overthinking. Cukup balas sewajarnya, okay?
Isabella.clairine
I'll practice tomorrow so maybe next time?
Padahal besok aku hanya akan berlatih untuk 3 jam yang kemudian dilanjut dengan bimbel. Aktivitasku masih bisa sebebas ini karena anak kelas 11 dan kelas 10 disuruh belajar di rumah karena kelas 12 sedang melaksanakan ujian sekolah.
Davebenjamin
I will pick u up, u just hv to send me the location.
Bohong jika aku bilang aku tidak geer. I mean, untuk apa dia menunjukkan effort seperti ini hanya untuk bertemu denganku? Masa hanya mengucapkan terima kasih?
Isabella.clairine
No, i'll meet u next time.
Davebenjamin
Is it that hard to meet u? Please...
Kenapa dia harus memohon seperti ini? Oh Tuhan, tolong katakan bahwa keputusan yang akan aku ambil nanti tepat.
Isabella.clairine
ARGH OKAY, I'LL SEND U THE LOCATION TOMORROW.
Davebenjamin
Aye aye capt, selamat malam!
Tanpa sadar aku menarik kedua sudut bibirku membentuk sebuah senyuman kecil. Perasaan senang karena mempunyai seorang teman chat? Entahlah. Tetapi mungkin saja iya karena aku susah untuk mendapatkan teman.
Ah.. badanku pegal lagi, saatnya mengambil koyo. Aku mengambil 4 buah koyo untuk kutempelkan di leher, di punggung, dan juga di kaki. Setelah selesai menempelkannya, aku melemparkan diriku ke kasur kemudian meregangkan otot - ototku. Tanganku kembali meraih handphone kemudian aku menshuffle lagu - laguku.
...Never knew I'd stay for so long
And this truth cuts...
Mataku semakin lama semakin berat. Sebelum aku benar - benar terlelap, tak lupa ku matikan lampu tidur yang ada di meja sebelahku.
...You're my all and more
But I need room to breathe, yeah
---
"Ca, bangun."
Samar - samar kudengar suara mama memanggil. Aku mengerjap - ngerjapkan mata, berusaha menyesuaikan dengan cahaya lampu. Mama sedang duduk di tepi kasurku sambil mengelus - elus pelan rambutku. Nyaman dan juga senang, itulah yang kurasakan. Senang karena merasa diperhatikan, senang karena mama masih memberiku afeksi, aku jadi merasa diperhatikan. Ah... jadi tidak ingin bangun.