Dikisahkan setelah itu Brinta akhirnya bisa bernafas lebih lega. Dengan menjauh dari Karang, Brinta menjadi lebih lega tapi juga menjadi lebih berat. Perasaan berlawanan yang terjadi sejak awal melihat Karang.
Sebentar lagi Brinta keluar dari balairung ini dan berhadapan dengan para juru berita dan menjadi dirinya sendiri yang saat ini sangat dia benci. Andai saja ada alasan untuk tidak bertemu para wartawan di luar. Andai ada alasan.
Adapun para wartawan sudah berkumpul di depan balairung. Mereka menunggu untuk mendapatkan titik citra terbaik. Teknologi Gandra yang semakin berkembang membuat mereka tidak lagi membutuhkan alat perekam gambar atau suara. Cukup arahkan pergelangan tangan mereka ke arah objek yang mau direkam.
Dan akhirnya Sang Ombak keluar dari balairung. Para pemburu berita langsung mengerubunginya untuk mencuri tanya. Brinta yang nampak sudah kelelahan karena habis menyanyi kidung tetap menampilkan muka manisnya di depan Gandra para wartawan. Dia lalu mempersilahkan jika ada yang mau ditanya
Pertanyaannya bermacam-macam misalnya kapan menikah dengan Ainal Prachanda, Pendapatnya mengenai Ma Dai yang tersandung kasus Narkotika, Lalu pendapatnya mengenai pacarnya yang terlihat jalan bersama Ni Luh Maya. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan karya dari Brinta. Kidung yang dia ciptakan dan nyanyikan seolah bukan berita bagus untuk mereka. Atau mungkin itu berita bagus dan mereka hanya mencari berita buruk.
Dikisahkan juga para wartawan itu menanyakan hubungan dengan ibunya. Karena waktu itu pernah terekam Gandra manusia lain kalau Keriting sedang bertengkar dengan ibunya di lokasi pembuatan gambar bergerak.
Brinta teringat kejadian itu ketika ibunya datang dan menginginkan kembali masuk ke dalam kehidupannya. Kembali masuk ke dalam pengelolaan senimannya. Brinta tidak mengizinkan karena dia tahu Ibunya lah penyebab dia menjadi ketergantungan Adis.