Padhes melihat dirinya di tengah pantai dengan pasir berwarna emas. Dia rebahan di pasir itu dan memandang lautan yang luas tidak bertepi seperti Lautan Tanpa Batas di lingkarannya. Tetapi ini jauh berbeda. Dengan air yang tenang dan ombak yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Dan di belakang dia berdiri, dia melihat ada bangunan menyerupai istana hanya saja terbuat dari Pohon dan merambat dengan indah. Dimanakah aku berada, apakah ini kerajaan Lemuria dulu? Tapi menurut buku sejarah yang pernah dibaca ketika kecil kerajaan Lemuria memilik istana dari batu dan lebih tepatnya mereka mempunyai piramida bukanlah istana dari pohon dan daun dan juga pasir.
Ketika Padhes sedang berpikir tiba-tiba dia melihat cahaya di tengah ombak. Lalu dia menghampirinya. Airnya tidak begitu dingin, hangatnya pas dan sungguh nyaman. Dia bisa melihat jernih ke dasarnya dan disana ada beragam makhluk laut yang tidak pernah dia temui di lingkarannya. Yang paling mengejutkan adalah ombaknya. Ombak ini begitu menenangkan dan membuat perasaannya menjadi lebih tenang lagi. Dengan suara gemuruhnya bagaikan kidung yang membuat kita terlelap dan akhirnya sebelum menyentuh cahaya itu Padhes pun terlelap di ayun ombak.
---
Padhes pun terbangun dari tidurnya. Mimpi yang sama selama 10 tahun ini. Sejak kematian orang tuanya dalam ledakan Astral, mimpi itu selalu datang. Mak-Tahari juga telah terbangun dari tidurnya. Menyinari Indo-Nesia dengan semangat tanpa kenal lelah. Semua landasan surya otomatis terbuka untuk bisa berebut menangkap cahayanya. Energi Mata-Hari dibutuhkan semua orang di Ibu-Mi, yah hampir untuk semuanya. Kereta Mesin, Gandra, untuk urusan rumah bahkan untuk sekedar membuat kopi membutuhkan Mata-Hari. Maka sejak hadirnya sihir ini negara Indo-Nesia menjadi negara maju, lebih maju dari Federasi Tiongkok dan Kekaisaran Kulit Merah.
Tetapi cahaya itu tidak membuat Padhes semangat. Setelah kejadian kidungnya terungkap ke Brinta, Padhes menjadi resah dan susah tidur. Karena dia tahu sifat seniman itu seperti apa. Pasti ingin memilikinya. Pernah ada manusia yang menciptakan kidung indah mengenai penciptaan dan Ma Dinar mengambilnya. Selebihnya bisa tahu sendiri. Semakin semua merasakan perasaan yang sama terhadap suatu kidung maka bisa dipastikan bahwa itu kidung yang bagus. Tapi kalau sudah banyak orang yang beda persepsi maka kidung itu kurang bagus.
Dengan berat dia bangun dari tempat tidurnya, dan melihat sekeliling rumahnya. Rumah yang tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil. Ada dua kamar, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Satu kamar dia pakai untuk tidur, satu kamar lagi untuk ruangan dia bekerja. Tidak banyak perabotan di dalam rumahnya karena dia malas untuk berberes.
Sebenarnya rumah ini adalah rumah orangtuanya. Tetapi setelah ayah ibunya menjadi korban ledakan Astral rumah ini menjadi miliknya. Sepuluh tahun berlalu dan sang Karang masih bertanya kenapa ledakan itu terjadi. Dan sehubungan itu dua tahun ini, Padhes terlibat di aksi gerakan peduli korban Astral. Tapi memang sulit untuk menepis prasangka manusia bahwa semua Anak Astral membawa kesialan.