Anak Brinta yang baru lahir dinamai Banara Aradhana, Sang Laut, Sang Damai, Sang Tenang, Sang Pembawa kebahagiaan. Itulah yang awal-awal dirasakan oleh Brinta.
Tetapi merawat anak ternyata tak mudah untuk Brinta. Terkadang dia suka depresi dengan rengekan tangis dari Ara, dan juga dia kangen untuk bisa kembali ke dunia hiburan, dimana dia dipuja bukannya mengabdi untuk satu anak ini. Inilah yang membuatnya kembali ke dalam kegelapan dan perlahan-lahan suara itu mulai muncul lagi.
Inilah yang membuat Padhes bingung sekaligus mengerti. Ini semua bukan maunya Brinta. Sang Ombak melahirkan Banara karena terpaksa dan untuk melepas kehidupan lamanya tentu tidak mudah. Seseatu hal yang bisa membahagiakannya telah dia relakan dan dia belum bisa menemukan kebahagiaan di mata anak ini yang mirip dengannya. Satu berwarna emas, dan yang satu berwarna hitam.
Sementara untuk Padhes dia sudah menemukan hal lain yang dia sayangi selain Brinta. Dia merawat Ara seperti anaknya sendiri. Dia tidak peduli dengan anggapan orang kalau dia bukanlah bapak sebenarnya, dia hanyalah bapak terpaksa.
Tapi Padhes tidak pernah terpaksa untuk merawat Ara karena dia sayang dengan anak ini tulus dan dia tahu anak ini pasti akan menjadi anak yang spesial karena ini merupakan keturunan dari seorang anak astral yang pertama di dunia.
"Sungguh cantik parasmu dan anggun, semoga Maha memberkahi mu dengan rahmatnya dan kamu akan menjadi pertolongan untuk orangtuamu nanti di alam Barzah".
---
Ketika Ara berumur satu tahun dan dia menangis karena lapar, Brinta hanya duduk termenung. Tatapannya kosong dan seperti tidak mendengarkan bayinya menangis. Yang dia lakukan hanya memandang jendela kamarnya. Lama kelamaan suara tangisan semakin keras dan Brinta merasa terganggu.