Di kantor Padhes pun sedang banyak masalah. Karena penonton yang semakin sedikit jadinya banyak pengurangan karyawan. Satu persatu bayang Padhes dikurangi jumlahnya. Kini hanya tersisa Dasa dan Hawa. Dan mengingat keadaan di rumah pun menambah pikiran dari Sang Karang. Tetapi Sang Karang harus tetap tenang dalam segala situasi. Pekerjaan harus tetap dikerjakan walau dalam keadaan terbatas.
Sang Karang melihat keluar ruangan dan disana ada Banara sedang bermain dengan Hawa. Mereka berdua cocok bersama-sama sehingga Ara pun tidak terlalu bosan untuk menunggu yayah nya selesai kerja.
Setelah pekerjaan selesai lalu dia menghampiri Ara untuk mengajaknua pulang. Sang Karang juga berterima kasih pada Hawa, karena dia rela untuk. membantu menjaga Ara.
Setelah berpamitan Padhes dan Ara langsung menuju ke keretanya. Ara meminta untuk mampir membelikan es leleh. Setelah itu Padhes dan Ara duduk berdua sambil memakan es leleh. Tempat ini favorit dari Ara karena hampir tiap minggu Ara kesini bersama Yaya nya.
Pesanannya pun tidak berubah, es leleh rasa coklat bambunya masih tetap enak. Dan eskrim ini mungkin yang bisa mengobati kerindua akan ibunya. Lalu dengan menatap Yaya nya., Ara bertanya. "Kenapa Yaya bersedih? Apapun itu pasti Yaya bisa mengatasinya. Semua akan baik-baik saja."
Ucapan dari anak 4 tahun sungguh menohoknya. Ternayata perasaanya juga sensitif untuk anak seumurannya. Es leleh itu pun kembali dia makan dan semua beban itu sementara terangkat.
---
Ketika sudah malam, Brinta datang dari konsernya dalam keadaan mabuk. Dia di drop oleh seorang lelaki yang mungkin dia juga tidak mengenalinya. Dia berjalan oleng masuk ke rumah. Padhes yang dari tadi menunggunya membuat di kaget. "Demi Maha, betapa kagetnya diriku. Kenapa kamu ada disitu Mas?" tanyanya sambil memegang kepala karena mabuk.