Rawiyah seorang perawat di rumah sakit Jayakarta. Dan hari minggu itu dia bertugas dini hari sekali. Tiap putaran kerja berlangsung 8 jam dan sekarang waktu sudah jam setengah 9 pagi. Sebentar lagi dia akan selesai. Dia sudah mulai membereskan ruangan obat dan bersiap pulang. Setelah ini dia akan bekerja menjadi pelayan restoran, karena memang Rawi sedang kesulitan uang.
Sesaat dia memindahkan botol obat ke lemari kaca, tiba-tiba terdengar letusan yang sangat besar. Kaca lemari obat di rumah sakit pecah semua. Rawi bertanya suara apa itu? apakah fraksi dukun menyerang lagi pikirnya. Dia berdoa ke Maha semoga tidak ada perang lagi. Karena kalau perang, rumah sakit akan menjadi rumah penderitaan dan Rawi tidak ingin seperti itu.
Dia keluar dari ruangan obat dan melihat suasana rumah sakit yang kacau balau. Manusia-manusia yang jatuh ke lantai, Kursi roda yang berantakan dimana-mana, kertas-kertas yang jatuh acak-acakan dan masih banyak lagi. Ledakan itu memang tidak menghancurkan bangunan di rumah sakit atau memakan korban jiwa. Tetapi lumayan menyebabkan pancaran energi misterius yang membuat semua manusia di dalam areanya terpental oleh energi itu.
Lalu dia menuju meja pusat dan bertanya apa yang terjadi. Tapi tidak ada yang menjawab. Semua orang melihat layar kaca dimana sedang ada berita kalau terjadi ledakan di Monas. Gambar memilukan terjadi, Monas yang tadinya tinggi menjulang sekarang jatuh berantakan dan walau semua gambar dilihatkan hanya sekilas, tapi untuk mata terlatih seperti tabib dan perawat melihat ada begitu banyak mayat yang terbakar.
Lalu kepala rumah sakit memberikan pengumuman darurat dan meminta bantuan untuk semua perawat dan tabib agar bisa ikut mengevakusi korban di Monas. Tanpa pikir pikir Rawi langsung mengajukan diri.
Setelah itu ada 10 orang, yang terdiri dari 4 perawat dan 6 tabib yang berangkat ke Monas. Mereka sampai lebih cepat dibandingkan tim evakuasi manapun karena Rumah sakit Jayakartalah yang paling dekat dari Monas. Mereka pun mulai menyisir area Monas untuk mencari korban selamat.
Suasananya begitu mencekam karena serpihan bangunan ada dimana-mana dan juga potongan tubuh manusia. Baik yang masih bersih maupun juga yang sudah gosong. Dan anehnya banyak teriakan-teriakan tanpa henti dan cukup meresahkan, cuma ketika dicari asal teriakan tidak ditemukan apa-apa cuma mayat gosong.
Awalnya ditemukan lah satu korban selamat. Seorang anak kecil berumur 5 tahun. Dia sedang berdiri di samping mayat orang tuanya. Anehnya anak itu tidak terluka sama sekali, hanya tubuhnya yang kotor dipenuhi abu sisa kebakaran. Setelah itu ditemukan lagi korban selamat kedua, ketiga sampai jumlahnya 34. Semua anak-anak ini kisaran umurnya bermacam-macam. Dari bayi umur 3 bulan sampai yang sudah berumur 15 tahun. Semua mempunyai kondisi yang sama tanpa luka sama sekali.
Lalu Rawi kembali mendengar suara tangisan. Kali ini bukan suara teriakan atau tangisan orang dewasa. Kali ini suara tangisan anak-anak dan jaraknya begitu dekat. Dia menuju suara tersebut dan melihat sesosok anak kecil sedang memegang boneka burung Bromodedali. Dia meringkuk sambil menangis. Anehnya semua puing atau semua debu seperti berasal dari dirinya. Seolah pusat ledakan ada didirinya. Itu terlihat dari lantai yang dia tiduri tidak ada kerusakan sama sekali. Sedangkan lantai-lantai sekitarnya sudah hancur berantakan.
Rawi mendekatinya pelan-pelan dan bertanya "Kamu baik-baik saja Nak. Dimana orang tuamu?" Tapi tidak ada jawaban dari dirinya. Hanya suara tangisan, Lalu dia memeriksa anak itu. Sama seperti yang lain tidak ada luka sedikitpun. Hanya noda abu hitam yang menempel di bajunya.
Anak ini cantik, mempunyai rambut bergelombang dan juga bintik-bintik merah di pipinya. Yang membuat unik adalah mata si anak perempuan ini yang berbeda. Satu berwarna emas, yang satu lagi berwarna hitam. Sungguh kombinasi yang tidak biasa.
Lalu dia melihat apakah ada yang patah atau tidak di badan anak ini. Nampaknya tidak ada luka yang berarti. Saat memeriksa tiba-tiba sang anak berbicara pelan. Karena Rawi tidak begitu mendengar dia lalu mendekatkan wajahnya ke arah anak ini.
"Selamatkan aku" kata itu keluar dari mulut anak ini dan Rawi yang mendengarnya lalu tersenyum