Acara Wangsul di balairung Arjuna akan segera dimulai dan segala persiapan sudah dijalankan. Kali ini Brinta tampil berbeda. Dia memakai kebaya bewarna emas dan kain panjang bercorak batik untuk bawahannya dengan rambut yang disanggul. Persis seperti Kidungian jama dulu. Sang Ombak ingin tampil klasik tapi tidak lupa dengan sentuhan modern yang dia kenakan di rambutnya berupa tusuk konde berwarna warni.
Melihat corak batik di kainnya mengingatkan dia pada Padhes, yang tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Semenjak 3 bulan yang lalu dia tidak pernah muncul atau mengalur Brinta. Mungkin memang dia sudah melupakan dirinya.Walau begitu undangan tetap dikirim ke rumahnya dan sekarang ini Brinta harus fokus, karena ini adalah jalan yang dipilih Brinta, tanpa Sang Karang.
Lalu da melihat sekeliling dan melihat Ainal yang sedang berbicara dengan tukang pengatur suara. Brinta melihat Ainal sudah banyak berubah, yang Brinta harap bahwa Ainal benar-benar berubah dan menjadi manusia yang lebih baik. Semoga.
Lalu dia mengintip ke balik tirai dan melihat penonton yang sudah memadati tempat acara. Dia melihat Ibunya di bangku utama. Ibunya yang selalu mendukungnya dan Ibunya yang selalu melakukan apa saja agar aku bisa tetap hidup. Disebelahnya ada Rea dan para anak-anak Astraliani, mereka sangat mengidolakan Brinta dan Brinta merasa bersyukur karena mereka tetap menerima dirinya walau dulu dirinya telah menyakiti perasaan mereka. Ini semua berkat Padhes juga yang memberikan pengertian ke mereka kalau semua perbuatan yang Sang Ombak lakukan lebih karena dia sedang sakit.
Lalu dia melihat ke sebelahnya ada Kama sang wajah bulat. Seperti biasa kalau sebelum Brinta manggung pasti dia akan menggigit-gigit kukunya karena gugup. Brinta kemudian menepuk bahu dari Kama dan tersenyum dan mengucapkan semua akan baik-baik saja. Ucapan yang juga mengingatkan dia dengan Padhes.
Akhirnya acara Wangsul, kembalinya sang kidungian Ma Brinta Alun, Sang Karang, Sang Gelombang, Sang Keriting dimulai. Tirai terbuka.
---
Daga yang berdiri diantara penonton sedang menunggu kedatangan dari Sang Ombak. Inilah saat-saat yang dia sudah tunggu. 15 tahun lalu dia membunuh ibu asuhnya yang sudah baik dengannya. Semua dia korbankan demi Astro. Sosok yang selalu berbisik di kepalanya. Dan selama 15 tahun dipenjara, Astro semakin dekat dengannya. Astro menceritakan awal mulanya Lingkaran ini dan juga kisah tentang Sis dan Dewi Mulat, kisah tentang burung-burung Tabirunnassar dan juga kisah Azazil. Semuanya dia tahu bukan dari buku tapi dari bisikan gaib sang Astro.
Dan selama 3 bulan ini dia meneliti lokasi acara dan semua seluk beluknya. Dia sudah hapal kalau di sebelah timur panggung ada batu yang agak tinggi bisa jadi pijakan untuk langsung merangsek ke arah panggung. Itulah yang dia tuju. Dia tinggal menunggu perintah Astro datang dan langsung dia akan membunuh Sang Ombak. Lalu kemudian
---
Ainal melihat Brinta keluar dari tirai dan mulai menyanyikan kidung yang pertama. Kidung tentang perasaan jatuh cinta. Dia teringat kala dulu dia merasakan jatuh cinta ke Brinta, kala itu dimana dia merasakan sayang yang benar-benar tulus tanpa bermaksud memiliki. Tetapi semakin lama bersamanya rasa ingin memiliki itu semakin besar dan dia tidak ingin Brinta jauh darinya dan membiarkan orang lain memilikinya.
Hidup Brinta sudah Ainal rusak, dan semuanya hanya karena dia merasa tersakiti oleh Brinta. Padahal dia sendirilah yang menyakiti dirinya. Kata maaf tidak akan pernah cukup untuk semua kesalahan yang dilakukan Ainal. Tetapi semua telah terjadi dan tidak akan bisa kembali. Seketika itu juga Ainal ingat dengan perkataan ibunya kalau waktu seperti benang kita tidak akan bisa kembali menuju ujung awalnya. Tetapi benang itu bisa menjahit luka. Benang juga bisa mengikat harapan dan mengumpulkannya sehingga bisa dibawa dengan mudah.
Satu kesalahan yang jelas dilakukannya adalah Ainal mencintai dengan cara yang salah. Sang Ombak bukan untuk dimiliki atau diikat dengan ketat. Karena dia akan berontak dan malah membuat dia gila. Hanya Padheslah yang mengerti Sang Ombak. Dan Ainallah yang membuat hidup Brinta sengsara. Mungkin inilah yang dikatakan oleh Sem Garganya. Kalau dia harus bisa memaafkan masa lalu. Memaafkan dirinya sendiri.
Acara ini sebagai salah satu penebusan untuk Ainal. Dia juga tidak berharap akan cinta dari Brinta. Tetapi setidaknya dia berharap bisa membantunya mencari benang untuk menjahit lukanya.
---
Acara Wangsul akhirnya selesai. Dengan lagu terakhir Kidung Penciptaan yang dibawakan dengan sempurna. Acara kali ini Brinta benar-benar tampil maksimal, seperti segala emosinya tumpah pada malam ini. Segala emosi kehilangan Ara akhirnya dia keluarkan semua. Sungguh dia sangat merindukan anak itu. Dia juga merindukan Padhes.
Setelah selesai dia kembali berbicara ke penonton.
"Seperti kita ketahui, kalau aku mengalami seseatu perpisahan yang menyakitkan. Aku tidak bilang kalau aku menjadi orang paling sengsara, karena pasti ada yang lebih sengsara dariku. Tapi mereka tetap bahagia walau dengan segala penderitaan.