KOMA - Hidup dan Mati

Margo Budy Santoso
Chapter #2

Neisius

"Nei... Nei... Bangun, kau akan terlambat."

Neisius berusaha membuka kelopak matanya yang begitu berat. Ia merasa jika sekujur tubuhnya saat ini sedang tertimpa oleh beban yang amat berat.

"Aaahhh... Dimana aku?"

Mulut Neisius berhasil terbuka, kini ia berusaha mengangkat bagian badannya.

"Selalu seperti itu... Cepat, kau akan terlambat..."

Neisius perlahan-lahan berhasil membangkitkan tubuhnya. Ia terduduk sembari membersihkan sisa kotoran di kelopak matanya. Mata Neisius terbuka dan langsung berhadapan dengan sebuah jam yang menunjukan pukul 06.30 pagi. Ia melihat-lihat ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan di sekitarnya.

"Ohhh, kau..."

"Cepat Nei, kau tidak ingin terlambat bukan?"

"Terlambat untuk kemana?"

"Bekerja Nei..."

"Ayolah Ob... Kau lupa ini hari apa?"

"Hah! Memangnya ini hari apa?"

"Kau mengganggu akhir pekanku Ob..."

"Astaga... Maafkan aku Nei."

"Yaa... Seperti itulah Obliti si pelupa... Aku sudah terbiasa dengan sikapmu."

Neisius membaringkan tubuhnya kembali, ia mencoba untuk memejamkan matanya yang masih terasa berat untuk terbuka. Hari ini, ia benar-benar merasakan lelah yang luar biasa, Neisius berusaha untuk mengingat apa yang telah ia lakukan malam ini.

"Kau terlihat begitu lelah sepertinya..."

"Ahh... Iya..."

"Semalam, kau pun pulang sangat larut... Darimana memang?"

"Entah, aku juga sedang berusaha mengingatnya..."

"Kau pergi mabuk?"

"Gila kau... Aku tidak pernah mabuk, bahkan setetes pun aku tidak pernah menyentuhnya..."

"Lalu darimana kau semalam?"

"Kau sudah seperti Ibu Ob, selalu cerewet dengan urusanku... Yang jelas, aku pulang larut karena pekerjaan, entah apa..."

Obliti adalah adik dari Neisius, ia sudah hampir 3 tahun mengikuti Neisius. Setelah kepergian kedua orang tua dari mereka, Obliti beranjak menjadi tanggung jawab dari Neisius. Sebetulnya, Neisius sudah menawarkan Obliti untuk tinggal bersamanya di Kota sedari lama. Namun, Obliti menolak dengan alasan ia ingin menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu. Saat itu juga, Obliti mengatakan jika ia ingin menjaga Orang tuanya sementara Neisius fokus mencari uang untuk biaya perawatan.

"Kau jadi rindu dengan ibu, ya?"

"Emm... Mungkin..."

Neisius yang tadinya sedang berusaha untuk mengingat apa yang ia lakukan pada malam sebelumnya mendadak berubah memikirkan Ibunya. Saat Ibunya pergi, Neisius tidak berada disana untuk menyaksikan kepergian itu. Neisius terlalu fokus dengan pekerjaannya, ia juga tidak terlalu sering untuk menghubungi Ibu atau Adiknya pada saat itu. Neisius begitu merasa menyesal.

Lihat selengkapnya