"Bolehkah aku duduk disini?"
Clade merasa harinya sangat jengah sekali. Ia memutuskan untuk pergi ke taman untuk sekedar menghilangkan rasa penat yang ia dapat di rumah.
"Tentu... Ini tempat umum, kau bisa duduk dimana pun. Tapi, kau tidak bisa mengusirku..."
"Aku hanya menanyakan satu hal, tetapi jawabanmu seperti sebuah orasi mahasiswa baru..."
Clade mengeluarkan sebatang rokok dari dalam saku bajunya.
"Kau membawa korek api?"
"Tidak... Aku tidak merokok."
"Laki-laki seperti apa kau ini..."
Clade kembali memasukan rokoknya. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya ia meninggalkan salah satu barang terpenting dalam hidupnya dengan mudah. Clade tiba-tiba memandangi laki-laki yang duduk di sampingnya. Ia merasa penasaran dengan laki-laki itu, sedari kedatangan Clade, laki-laki itu tidak menggubris Clade sedikit pun jika Clade tidak memulainya. Itu merupakan keadaan yang jarang terlihat, Clade selalu memikat di mata lelaki manapun.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"..."
Laki-laki itu hanya memandangi Clade dengan tatapan dingin.
"Bukan urusanmu..."
Clade terkejut dengan sikap laki-laki itu, ia betul-betul dingin.
"Kau sangat menjaga jarak dengan orang baru, sepertinya..."
"..."
"Apakah itu yang disarankan oleh ibumu, pria kecil?"
Laki-laki itu tersengat oleh ucapan Clade. Rona wajahnya kina berubah menjadi kemerahan.
"Satu hal yang aku ketahui tentang orang-orang kota, mereka tidak pernah bisa menjaga lisannya dengan baik..."
"..."
Clade hanya tersenyum puas, ia merasa sudah membangkitkan jiwa kegelapan yang ada pada laki-laki itu.
"Aku Clade... Dan aku bukan orang asli dari kota ini..."
"Apa peduliku dengan namamu?"
"Bukankah ada pepatah yang mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Kau tidak ingin menyayangiku?"
"Murahan..."
Clade tertegun dengan ucapan laki-laki itu. Ia benar-benar tidak percaya, jiwa laki-laki ini memang benar-benar gelap. Rona wajah Clade mendadak memerah menggantikan rona wajah laki-laki itu yang kini sudah kembali normal.
"... Nyatanya, kau sudah menjadi orang kota yang tidak bisa menjaga lisannya juga, tuan?"
Laki-laki itu memandangi Clade, ia merasa jengah dengan keberadaan Clade.
"Apa maumu?"
Tatapan laki-laki itu seperti ingin menikam Clade. Matanya benar-benar tajam, setajam belati yang dapat menebas apa pun yang ada dihadapannya.
"... Aku hanya ingin berjalan-jalan disini. Menikmati pemandangan gedung-gedung tinggi..."
"Tidak kah kau memiliki kegiatan yang lebih bermanfaat dari ini?"
"Tidak..."