KOMA - Hidup dan Mati

Margo Budy Santoso
Chapter #6

Misteri

*Tok tok tok...

"Masuk..."

Potio sedang menghampiri bos-nya setelah apa yang terjadi di Bar dini hari tadi.

"... Ada apa?"

"Ada sedikit masalah di tempat kita..."

Bos dari Potio menaikan dahi-nya, ia merasa penasaran dengan apa yang terjadi. Tetapi, sebelum itu ia menegur Potio untuk berhenti mengunyah permen saat berbicara dengan-nya.

"Bisakah kau membuang manisan itu? Kau sedang berbicara dengan atasanmu, bosmu!"

"... Atasanku? Aku tidak pernah menganggap kau sebagai atasanku..."

Bos dari Potio kali ini merasa geram dengan ucapan Potio. Ia benar-benar jengkel.

"Hebat Potio... Hebat!"

"... Jangan karena kau membayarku, lalu kau bisa menyebut dirimu sebagai atasanku..."

"..."

"... Satu-satunya atasanku adalah pemilik Bar, tempat aku bekerja..."

"Apa bedanya aku dengan pemilik Bar menjijikan itu?"

"... Jelas berbeda..."

Potio ingin melanjutkan pembicaraannya, namun tiba-tiba pintu ruangan terbuka bersamaan dengan dua orang berbadan tinggi besar masuk ke dalam.

"Kau lagi Potio! Ada apa kau kesini?!"

Dua orang berbadan tinggi besar itu menunjukan wajah yang sangat kesal terhadap Potio, mimik wajahnya seakan-akan ingin menelan Potio sekaligus. Bos dari Potio melihat kejadian itu berusaha untuk menenangkan keadaan.

"Aspero... Saeva... Cukup! Dia ada urusan denganku."

Aspero dan Saeva mendadak melunak setelah Bos dari Potio berbicara.

"Kau... Potio! Apa yang ingin kau sampaikan? Aku tidak punya banyak waktu denganmu!"

"... Sejujurnya, kejadian dini hari tadi ada sangkut pautnya dengan dua orang menyeramkan milikmu ini..."

Aspero dan Saeva mulai menonjolkan matanya kembali, setelah mereka berdua disinggung oleh Potio. Bos dari Potio pun memberikan isyarat pada Aspero dan Saeva untuk tetap tenang.

"... Ini tidak hanya sekali, tetapi sudah berkali-kali... Mereka berdua mengganggu pelangganku dengan dalih 'Budaya'. Aku bahkan tidak mengerti 'Budaya' apa yang mereka maksud..."

"Kenapa jika kau tidak mengerti, kau mencampuri urusan mereka?"

"... Kau tau? Bisakah kau mempercayai wajah dua orang ini untuk tidak macam-macam dengan perempuan?"

"Aku mempercayai mereka... Oleh karena itu, aku menempatkan mereka berdua disana..."

"Oh, Tuhan... Kau jenius! Mempercayai dua orang yang tidak memiliki wajah belas kasihan sedikit pun..."

"... Cukup Potio. Aku yang menugaskan mereka dan aku yang mengarahkan mereka. Mereka tidak akan bergerak tanpa intruksiku."

Potio terdiam setelah mendengarkan ucapan dari Bos-nya. Aspero dan Saeva melirik dengan senyuman sinis kepada Potio.

"Lalu, apalagi yang ingin kau laporkan?"

"... Kau tau, Bar itu juga butuh pemasukan. Jika para pelanggan yang datang sudah harus menemui dua bajingan ini, aku yakin mereka akan lari sebelum masuk ke dalam Bar!"

"Jaga ucapanmu Potio... Aku sudah mengingatkan... Aspero dan Saeva bisa saja menghabisimu disini, aku sengaja menahan mereka, kau bisa berterima kasih padaku nanti..."

Potio perlahan-lahan menunjukan wajah panik, ia juga sesekali mencuri pandangan kepada Aspero dan Saeva yang berdiri tegak dengan ancang-ancang seperti siap menghabisi Potio di tempat itu.

"... Lanjutkan laporanmu, aku yakin ada sesuatu yang penting..."

"..."

"Lanjutkan Potio, atau kau bisa keluar sekarang..."

"Dini hari tadi ada perempuan yang datang ke Bar..."

"... Iya cantik?"

"... Ya, tapi bukan itu urasannya..."

"Menarik, kalau begitu lanjutkan."

"... Seperti yang tadi aku ucapkan, dua bajinga..."

"Sssttt... Aku sudah memperingatkanmu..."

"... Mereka menghadang perempuan itu. Aku terlanjur geram, aku menarik perempuan itu ke ruanganku..."

Potio memberhentikan pembicaraannya. Ia seperti merasa ketakutan. Seisi ruangan itu juga terdiam menunggu lanjutan dari pembicaraan Potio yang menggantung. Keheningan tercipta dengan tiba-tiba.

"Lalu..."

"..."

Lihat selengkapnya