"Bagaimana dengan bajingan itu?"
"Sudah ditangani oleh pihak rumah sakit. Dokter berkata, itu hanya luka-luka ringan... Mungkin, pagi ini ia sudah bisa kembali..."
"Kalian berdua memang memiliki sedikit rasa kemanusian dibandingkan dengan orang-orang lain di luar sana..."
"... Begitu juga dengan anda tuan, kau juga memiliki rasa kemanusian yang lebih besar, kau langsung menyuruh kami untuk membawanya ke rumah sakit..."
"Aku hanya tidak ingin rumahku dijadikan tempat pembunuhan..."
"Baik tuan... Kalau begitu saya dan Saeva izin untuk pergi kembali ke Bar..."
"Aku masih memiliki tugas untuk kalian berdua... Kemarilah..."
***
Obliti akhirnya mengikut saran Luna untuk menunda kehadirannya di Kantor Neisius. Luna merasa ini bukanlah waktu yang tepat untuk hadir disana. Mereka berdua bergegas untuk menuju ke Bar sesuai dengan arahan Luna, ada sesuatu yang ingin Luna pastikan. Luna dan Obliti sedang terburu-buru di koridor, tiba-tiba saja Luna bertabrakan dengan seorang laki-laki.
"Kau...!"
"..."
"Sedang apa kau disini? Aku memang mencurigai dirimu terlibat dalam kasus Neisius ini...!
Luna terkejut, karena laki-laki itu adalah pelayan yang ada di Bar itu. Disisi lain Potio pun terkejut akan bertemu dengan Luna di rumah sakit. Obliti yang tidak tau apa-apa tentang hubungan mereka berdua hanya bisa terdiam.
"Aa... Aa... Aku akan menjelaskan padamu, tetapi tidak disini. Bisakah kita berpindah tempat?"
Obliti menatap Luna seraya menunggu respon yang akan diberikan Luna terhadap Potio. Luna pun memberikan isyarat kepada Obliti dan Potio untuk mengikutinya.
"... Sekarang, jelaskan kepada kami!"
"Tut... Tut... Tunggu... Siapa laki-laki ini?"
Suara Potio terenggap-enggap setelah melihat tatapan Luna dan Obliti yang menusuk tajam pada dirinya. Potio masih mengalami sedikit trauma dengan tatapan seseorang yang begitu tajam.
"Tenangkan dirimu... Kami tidak ingin membunuh. Aku adiknya Neisius... Aku dengar, kakak-ku selalu rutin mengunjungi Bar tempat kau bekerja?"
"Pantas saja kau begitu mirip dengan Nei..."
"Simpan omong kosong itu... Jelaskan padaku, apakah hal itu benar?"
"... Emm, ya..."
Obliti mengepalkan tangannya, wajahnya tampak sangat marah. Ia bergumam dengan dirinya sendiri sembari memalingkan wajahnya ke bawah.
"Kakak sialan...! Bisa-bisanya kau..."
"Ob..."
Luna tampak sedikit cemas, ia meraih tangan Obliti dengan maksud menenangkan. Obliti merespon genggaman itu. Potio memecahkan momen mereka dengan sebuah pertanyaan.
"Jika kau berdua ada disini, artinya Nei dan Clade juga berada disini?"
"Ya... Lalu kenapa tubuhmu penuh dengan memar dan perban seperti itu?"
"Ohhh... Ini ulah mereka..."
"Siapa?"
"Luna, kau sudah bertemu dengannya bukan di Bar?"
"Dua orang bertubuh besar itu?"
Obliti berusaha memotong pembicaraan Luna.
"Maksudmu, yang menumiku tadi... Yang menanyakan tentang kau? Maksudku yang menanyakan tentang seseorang yang bernama Luna?"
"Mungkin..."
Potio tertunduk, ia seperti merasa sedang dalam bahaya.