KOMALA

Terajaana
Chapter #4

3. Bahri

3.     Bahri

“Mala, ada salam dari Faisal.” Kata Teti yang baru saja masuk keruang perpustakaan dan langsung duduk di bangku samping Komala.

Komala tersenyum lalu lanjut membaca buku tanpa menggubris perkataan Teti, teman sebangkunya itu.

“Ada yang usaha mempercantik diri, bersikap ramah sampe terlihat ganjen dan murahan, tapi... boro-boro salam. Tibang di senyumin aja gak pernah.” Kata Teti sambil merapihkan rambutnya yang keriting. “Ada yang diem aja, cuek, gak dandan, tapi... hampir setengah laki-laki populer disekolah berebut minta di salamin.” Teti menghela napas sambil menyandarkan badannya di bangku. “Padahal saya sekolah niatnya untuk belajar, bukan untuk jadi tukang pos yang di titipin kirim salam.” Teti merengut, kesal.

“Ssstttt, di perpus jangan berisik.” Kata Komala, pelan.

“Kamu kenapa, sih, Mala. Kaya gak puber gitu?” tanya Teti.

Komala terkekeh mendengar pertanyaan Teti. “Emang puber itu yang kaya gimana?” tanyanya sambil berjalan menuju rak buku.

Teti, mengekori Komala. “Kalo udah puber mah, kamu pasti dandan, punya pacar. Saya heran sama kamu. Kamu cantik, temen laki-lakinya banyak. Masa gak ada satu aja yang kamu jadiin pacar.”

Komala kembali terkekeh sambil menatap sekilas Teti yang memanyunkan bibirnya, kesal. “Kalau ada laki-laki yang berani nganterin saya pulang, terus mau ketemu Bapak. Saya jadiin, deh, dia pacar saya.”

“Nah, itu dia. Anak laki-laki pada takut sama Bapak kamu. Katanya kumis baplang bapak kamu lebih nakutin dari pada tanduk setan.” Teti terkekeh.

Komala membekap mulutnya menahan tawa karena omongan Teti yang mengingatkannya pada wajah sangar Guntur.

“Kalian kalau mau ngobrol jangan disini!” seru Bu Ida, pustakawan yang sedang tugas hari itu.

“Iya maaf, Bu.” Komala menyikut lengan Teti.

“Ke kantin aja, yuk. Kali, ada penggemar-penggemar kamu. Kan, lumayan, saya kecipratan traktiran.” Rajuk Teti sambil bergelayut manja di lengan Komala.

“Iya, hayuk.”

***

“Cal, Ical! Itu si Komala sama si Teti kesini,” seru Yanto sambil menepuk pundak Faisal yang tengah makan bakso.

Mendengar seruan Yanto, bukan hanya Faisal yang langsung siaga. Reza, Delano dan Ilham, siswa-siswa populer di sekolah yang kebetulan sedang di kantin, mereka semua langsung siaga dan menoleh ke arah kedatangan Komala dan Teti.

Komala dan Teti berjalan mendekati meja tempat Faisal. Tanpa ragu, Komala duduk dan memesan dua porsi bakso untuknya dan Teti. “Waalaikumsalam,” kata Komala membuat Faisal, Yanto dan Teti menatapnya heran. “Kenapa? Katanya, kamu nitip salam sama saya?” tanya Komala, santai lalu duduk tepat berhadapan dengan Faisal.

Faisal menunduk, malu. Kupingnya merah dan pipinya bersemu.

Tiba-tiba, Reza, Delano dan Ilham mendekati bangku mereka dan turut duduk disana. “Mala? Ical doang, nih, yang di jawab salamnya?” tanya Delano.

“Kalian juga, kalau nitip salam, selalu saya jawab, kan?”

“Eh, saya ada pengumuman!” seru Teti, tiba-tiba.

“Pengumuman minta di traktir?” tukas Faisal.

Lihat selengkapnya