Takada keistimewaan suasana pagi yang terjadi keesokan hari saat keluarga Ainun mengiringi Wina hingga ke halaman rumah. Bandung menunggu kedatangan Wina. Ajengan De dan Humairoh hanya berpesan kepada Badru untuk senantiasa berhati-hati selama perjalanan.
“Assalamualaikum, Ainun, Mih, Apa,” ujar Wina sesudah menyalami tangan mereka. Tas ransel dengan ukuran tak seberapa besar sudah menggelayut di punggung Wina.
“Titip motor ya, Nun,” pinta Wina saat sepeda motor yang dikemudikan Badru yang memboncenginya perlahan bergerak meninggalkan mereka bertiga di halaman rumah Ajengan De.
“Iya, Win.”
ﬞ¬—ﬞ