Manzilah waktu bertawaf pada porosnya seumpama komidi putar yang dihela oleh kepak sayap malaikat-malaikat.
Serombongan manusia berebutan memilih tempat duduk melingkar yang lowong, bergonta-ganti, bergenerasi-generasi, datang-lahir lalu pergi-mati.
Sebagai refleksologi bagi persendian jiwa untuk mampu mencerap bahwa dunia bukanlah komidi.
Duhai, memanusiakan manusialah kiranya sejak kini.