Komplotan Tidak Takut Hantu

Mohamad Novianto
Chapter #28

Bab 27 : Hantu Cantik Memakai Bunga

Hari ini, Ari, Toha, Wira dan Nara tidak berkumpul di taman seperti biasanya. Tapi pagi ini berita tentang tragedi di kolam renang kemarin sudah menjadi pembicaraan di antara murid-murid. Murid dari kelas Tata banyak ditanyain murid kelas lain tentang kejadian kemarin. Tetapi hanya Ari yang tahu kejadian sebenarnya, karena Ari tahu dari Tata. Klara masih di rumah sakit. Kebetulan Klara anak pejabat. Beredar berita, Klara akan pindah sekolah karena masih trauma. Dan orang tua Klara menuntut pihak sekolah karena tidak bisa menjaga keselamatan siswanya, terutama pada guru olah raga yang bersangkutan. Kegiatan berenang pun dihentikan sementara.

Di kelas, Ari, Toha dan Wira sudah saling pandang. Toha dan Wira sebenarnya ingin mendengar cerita dari Ari. Tapi mereka berdua sepertinya masih menjaga perasaan Nara yang sampai pagi ini masih kesal sama Ari. Jam pertama, ada pelajaran Pak Riza. Sebelum pelajaran, Pak Riza berpesan pada murid-murid tetap tenang atas kejadian di kolam renang kemarin.

“Kejadian seperti itu seperti kecelakaan yang kadang tidak bisa dihindari,” kata Pak Riza pada murid-muridnya,” Dari pada kalian mendengarkan berita dari luar yang belum jelas, lebih baik kalian tetap fokus untuk belajar.”

Setelah pelajaran, Pak Riza mendatangi Ari dan menyuruh Ari untuk menghadap ke ruang guru setelah pulang sekolah. Setelah bel pulang berbunyi, Ari pun bergegas menuju ruang guru. Di sana masih ada Pak Riza, sebagian besar guru sudah pulang. Hanya beberapa yang terlihat masih bersiap-siap.

“Duduk Ri,” kata Pak Riza.

Pak Riza masih sibuk membereskan mejanya. Ari tahu, Pak Riza sedang mengulur waktu, menunggu guru-guru lain pulang semua.

“Gimana kabarmu Ri,” tanya Pak Riza sambil tengak-tengok memastikan ruang guru sudah kosong.

“Baik Pak,” jawab Ari.

“Kamu tahu kan kejadian di kolam renang kemarin?” Suara Pak Riza pelan, walau ruang guru sudah kosong.

“Tahu Pak.”

“Ada yang bilang kamu ada di sana waktu kejadian,”

“Iya Pak. Tapi pas kejadian, saya sudah mau pulang. Saya sudah di luar,” Ari tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kenapa dia ada di kolam renang. Dia harus tetap menjaga rahasia Tata.

“Gini Ri,” nada Pak Riza serius,” Pak Soni, guru olah raga kamu itu, teman baik saya. Gara-gara kejadian kemarin, ada rencana dia akan dipindah tugaskan. Kejadian kemarin dianggap kecelakaan. Si anak ini kakinya kram, jadi dia nggak bisa berenang, lalu tenggelam. Saya yakin seyakin-yakinnya, kalau kejadiannya cuma kayak gitu, Pak Soni bisa mengatasinya. Pak Soni bilang sendiri ke saya, anak ini berat sekali untuk diangkat. Butuh tiga orang untuk mengangkatnya. Lalu saya juga denger, setelah sadar anak ini bilang dia lihat sesuatu di kolam dan menarik kakinya. Tapi cerita anak ini sengaja tidak disebarluaskan. Ingat Ri, dari awal saya selalu percaya sama kamu. Saya cuma pengen tahu. Apa kamu lihat sesuatu di sana?”

“Iya Pak. Saya lihat di dalam kolam itu. Ada sosok wanita yang nungguin di bawah. Saya pikir, dia yang menarik kaki si Klara ini.” Ari sengaja tidak bilang, kalau Tata lah yang melihat kejadiannya.

“Ok, jadi memang benar ada sesuatu di sana,” guman Pak Riza. “Gini Ri, mulai sekarang kalau kamu lihat sesuatu yang masih di lingkungan sekolah kita, tolong kasih tahu saya. Kejadian kemarin itu jadi pelajaran buat kita. Dan ingat Ri! Tidak boleh ada satu orang pun yang tahu! Dan pembicaraan kita ini, anggap aja nggak ada.”

“Kenapa Pak?”

“Ya, kan kamu tahu sendiri. Hal-hal kayak gini bukan buat kalangan umum. Akan jadi heboh nantinya. Ngerti ya Ri?”

“Ngerti Pak.”

Lihat selengkapnya