Ari, Toha, Wira dan Nara berjalan menuju parkir mobil. Mereka ingin membuktikan cerita Nara. Sampai di sana, mereka bisa melihat dari jauh mobil Tata terparkir. Memang di dalam mobil tidak terlihat apa-apa. Tetapi mereka masih ragu untuk mendekat ke mobil. Lalu Ari memberanikan diri mendekat ke sana. Dia harus memastikan apa yang ada di dalam sana. Dia harus memastikan keselamatan Tata. Toha dan Wira pun menyusul Ari. Sementara Nara masih was-was diam di tempatnya berdiri. Ari pun sudah di depan mobil Tata. Hati-hati dia mulai melongok ke jendela mobil.
“Hati-hati Ri” ujar Toha cemas.
Ari masih berusaha melongok ke jendela yang di belakang. Dia tidak peduli kecemasan temannya.
“Nggak ada apa-apa,” kata Ari. Dia tidak menemukan apa-apa di dalam mobil Tata.
Akhirnya Ari, Toha dan Wira kembali ke tempat Nara.
“Gimana?” tanya Nara penasaran.
“Nggak ada apa-apa,” jawab Wira.
“Tapi tadi aku beneran lihat perempuan seperti yang digambar Ari,” kata Nara meyakinkan teman-temannya.
Tapi tidak lama di tengah keheranan mereka berempat, tiba-tiba Ari melihat seekor binatang berlari menyusur tak jauh dari mereka. Ari melihat kucing hitam itu lagi. Ari pun berlari mengejar binatang itu. Sampai di depan sebuah pohon Ari berhenti. Ari mencari-cari di balik pohon. Juga dia atas pohon, di antara ranting-ranting. Dia tidak melihat kucing itu lagi.
“Ada apa Ri,” tanya Toha.
“Gue tadi lihat kucing hitam,” jawab Ari sembari masih memeriksa sekitar,” harusnya dia ada di di sini.”
“Gue nggak lihat apa-apa,” kata Toha.
Lalu Toha dan Wira pun mengikuti Ari memeriksa sekitar. Barangkali mereka akan melihat kucing hitam itu. Tapi tidak lama, Ari, Toha dan Wira melihat Nara seperti kedinginan. Nara menyilangkan tangan di badannya dan dia sudah memakai tudung jaketnya.
“Kamu kedinginan Ra?” tanya Wira.
Nara mengangguk. Dan bel masuk pun berbunyi. Mereka berempat pun cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
Ari, Toha, Wira dan Nara berlari masuk kelas. Karena semua murid kecuali mereka sudah ada di dalam kelas. Tetapi sebelum masuk pintu, Ari sempat berhenti, karena dia mendengar sesuatu. Dia dengar suara seperti kepak burung. Burung besar atau mungkin ayam. Ari tengok kanan kiri mencari asal bunyi, tapi sepertinya dia harus masuk kelas karena guru yang akan mengajar kelasnya sudah terlihat di ujung lorong. Saat pelajaran pun, beberapa kali Ari masih mendengar suara kepak burung. Mendengar suaranya, burung itu pasti besar sekali. Ari melirik ke bangku Nara, Toha dan Wira. Ari tahu mereka juga mendengar apa yang Ari dengar. Saat istirahat di kantin mereka berempat membicarakan suara itu.
“Kayaknya burung garuda atau rajawali,” cetus Toha.
“Tapi kalau gue perhatiin, anak-anak yang lain nggak denger deh,” kata Nara.
“Yang pasti sih suaranya dari atas,” tambah Wira.
“Trus perempuan yang ada di gambar Ari gimana?” tanya Nara. Dia masih penasaran.
“Kan tadi dilihat nggak ada apa-apa,” sahut Toha sambil menguyah makanannya.
“Tapi anehnya gue lihat kucing itu lagi,” kata Ari.
“Itu dicari-cari juga nggak ada,” sahut Toha lagi.
“Iya. Tadinya gue mau kasih tahu Pak Riza. Tapi gue nggak pasti juga,” kata Ari.
“Kasih tahu Pak Riza?” Tanya Wira.
“Gini, waktu itu kan gue dipanggil Pak Riza,” Ari sengaja memelankan suaranya karena tak ingin terdengar murid-murid yang lalu lalang di kantin. “Gara-gara kejadian di kolam renang, kita disuruh lapor ke dia kalau lihat sesuatu di sekolah. Tapi ini rahasia.”
“Emang Pak Riza tahu kita bisa lihat?” Tanya Wira lagi.
“Ya gue kasih tahu. Cuma Pak Riza yang tahu. Orang lain nggak boleh tahu,” jawab Ari.
“Tapi gara-gara bapak-bapak padepokan itu, sekolah kita aman-aman aja kok,” kata Toha. “Hantu seberang gedung aja nggak bisa masuk ke sini. Yang di kolam renang itu kan bukan di sekolahan.”
“Iya, bener juga lo Ha,” kata Wira.
Tinggal Ari dan Nara seperti tidak terima perkataan Toha.
“Eh Ra, gue pinjem foto yang denah sekolah itu lagi dong,” kata Ari.
“Ok, besok gue bawa ya,” jawab Nara.
Lalu tak berapa lama, di luar kantin banyak murid-murid berkerumun. Ada seorang murid dibantu beberapa temannya dibawa ke UKS. Murid itu memegangi kepalanya. Karena dari sana darah mengucur membasahi wajahnya. Dari pembicaraan murid yang berkerumun, dia tertimpa genteng jatuh di depan kelasnya. Ari, Toha, Wira dan Nara pun bergegas menuju kelas murid tadi. Dan benar saja, di depan kelas murid tadi, ada beberapa genteng pecah di atas tanah karena jatuh dari atas.
Sepulang sekolah, Ari langsung menuju ke parkir mobil. Dia bilang ke Toha, Wira dan Nara ada keperluan dengan ibunya di kantor TU. Sebenarnya di tempat parkir Ari berharap akan bertemu Tata. Dia harus ceritakan apa yang dilihat Nara ke Tata. Ari tidak mau terjadi apa-apa dengan Tata. Tapi setiba di sana, dari jauh Ari melihat Tata di depan mobilnya sedang ngobrol sama Jodi. Tata terlihat ceria. Tata dan Jodi terlihat asik ngobrol. Sesekali mereka tertawa. Ari pun memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Mungkin nanti malam dia bisa menghubungi Tata dari HP-nya.