Esok hari, pagi-pagi, Ari, Toha, Wira dan Nara sudah berkumpul di taman. Ari memperlihatkan gambar hantu bersayap di tempat parkir ke Wira dan Nara. Ari juga memberitahu tentang dayang-dayang dan suruhan kerajaan seperti yang dijelaskan Pak Hudi kemarin.
“Eh, kemarin kan mobil pada mogok,” kata Nara menyela. “Tahu nggak, tadi banyak sopir yang cerita di parkiran, waktu dibawa ke bengkel, itu tangki bensinnya pada bau pesing. Untung mobil gue nggak kenapa-kenapa.”
“Pasti gara-gara hantu bersayap itu,”Wira mencoba menyimpulkan,”Dan dia itu suruhan kerajaan yang nyari dayang-dayang. Dayang-dayang itu hantu cantik yang memakai bunga.”
“Iya. Kata Pak Hudi, hantu yang pakai bunga itu sekarang nggak bisa masuk sekolah kita lagi,”kata Ari menambahkan. “Dia nggak bisa melewati pagar bikinan orang-orang baju putih. Soalnya dia nggak bisa lihat Tata lagi.”
“Jadi hantu bersayap itu masih ada di sekolah kita dan masih nyari si dayang-dayang,” desis Nara.
“Iya, mungkin kemarin dia nyari-nyari di tempat parkir tapi nggak ketemu. Ntar aku akan kasih tahu Pak Riza,” kata Ari.
Saat ada pelajaran Pak Riza, Ari sempat bicara ke gurunya itu kalau ada yang akan dibicarakannya nanti di ruang guru setelah jam pulang sekolah. Jam istirahat kedua, Ari, Toha dan Wira pergi ke toilet. Tapi sebelum masuk ke toilet mereka bertiga mendengar kepak burung itu lagi. Sepertinya suara itu dari atap toilet. Ari berusaha menelusurkan pandangannya ke atas tapi dia tidak melihat apa-apa. Mereka bertiga pun sempat memperingatkan Nara agar tidak ke toilet dulu kali ini. Setelah bel pulang, Ari sudah berniat pergi ke ruang guru untuk menemui Pak Riza. Tapi saat di luar kelas dia melihat di beberapa kelas lain banyak murid berkerumun. Sepertinya sedang terjadi kehebohan di sana. Toha dan Wira sudah berlari ke arah sana. Dari cerita murid-murid yang ada di sana, katanya ada satu murid perempuan yang dari jam istirahat kedua tidak balik-balik dari toilet. Beberapa murid sudah mencari ke toilet tapi tidak ketemu. Dan ternyata tidak hanya di satu kelas saja. Ada dua kelas lagi yang ada satu murid perempuannya tidak balik-balik lagi setelah jam istirahat kedua. Mereka terlihat terakhir saat mau ke toilet. Toha, Wira dan Nara pun ikut membantu mencari ketiga murid itu. Mereka mulai mencari di area dekat-dekat toilet. Berkali-kali Toha, Wira dan Nara melihat ke atas dengan was-was. Tapi mereka tidak melihat apa-apa. Dan suara kepak burung itu tidak terdengar lagi. Sementara Ari dengan langkah cepat menuju ke ruang guru. Tapi ketika melewati aula, langkah Ari tertahan. Ada perasaan aneh yang sangat kuat saat dia memandang pintu aula yang terbuka. Di dalamnya, walau remang, Ari bisa melihat pintu ruang penyimpanan matras yang masih terkunci. Tetapi cepat-cepat Ari lanjutkan langkahnya menuju ruang guru sebelum nanti Pak Riza keburu pulang. Di ruang guru Ari bertemu Pak Riza. Seperti biasa dia harus duduk menunggu guru-guru yang lain pulang. Tapi sepertinya kali ini beberapa guru senior masih berada di sana. Berita tentang tiga murid yang hilang dari toilet ternyata sudah sampai ke ruang guru. Ari bisa mendengar ada pembicaraan bahwa kepala sekolah memerintahkan mereka agar tidak memanggil polisi dulu. Akhirnya Pak Riza mengajak Ari ke teras di depan ruang guru. Di sana tidak ada siapa-siapa. Ari langsung menyerahkan gambar hantu bersayap di tempat parkir ke Pak Riza.
“Ini seperti yang digambarmu sebelumnya?” tanya Pak Riza.
“Iya Pak. Kemarin dia di parkiran sedang mencari hantu yang lain,” jawab Ari.
Lalu Ari menceritakan apa yang telah dijelaskan oleh Pak Hudi kemarin.
“Pak Hudi? Paranormal terkenal itu bapaknya Toha?” tanya Pak Riza.
“Iya Pak,” Ari sengaja tidak cerita yang ada kaitannya dengan Tata.
Lama Pak Riza serius memandangi gambar Ari.
“Kamu juga lihat di toilet?” tanya Pak Riza.
“Tadi jam istirahat kedua, saya cuma denger suara sayap Pak,” jawab Ari.
Kini Pak Riza memandangi Ari serius. Dia mulai menghubungkan gambar Ari dengan peristiwa yang barusan terjadi. Tiga orang siswi dari kelas berlainan tidak kembali setelah pergi ke toilet.
“Pak Riza mau panggil orang baju putih?” tanya Ari.
“Saya belum tahu Ri,” jawab Pak Riza. “Sebenarnya waktu itu Pak Solidin sudah sampaikan ke Pak Suman. Tapi belum ada tanggapan dari Pak Suman.”
“Waktu itu sekolah kita malah disemprot desinfektan,” kata Ari.