Malam ini Ari ada di depan meja belajarnya. Dia sudah membuka buku matematikanya, tapi pikirannya masih berkutat pada peristiwa tadi siang. Hantu bersayap itu sudah membuat teror di sekolah. Pak Riza sudah jadi korban. Siapa lagi yang bisa percaya padanya sekarang. Ari mengambil ponselnya. Nomor orang padepokan sudah dia simpan. Dari tadi dia punya niat untuk menghubungi sendiri nomor itu. Tapi apakah mereka akan percaya padanya. Ari lama memandangi ponselnya. Lalu terlihat ada notifikasi pesan di WA. Ternyata dari Nara.
Ri kayaknya hantu yang pakai bunga ithdjjhvdsbi sjs is jccjsijsutasfasuhcc
Lama Ari memandangi tulisan Nara di ponselnya. Nara menulis tentang hantu yang pakai bunga, tapi selebihnya tulisannya kacau. Ari pun cepat-cepat menghubungi Nara. Ponsel Ari sudah terhubung. Beberapa kali terdengar nada sambung, tapi Nara tidak mengangkatnya juga. Ari jadi khawatir. Dia kirim pesan Nara tadi ke Wira dan Toha dan menambahkan pesan kalau ponsel Nara tidak bisa dihubungi. Tak berapa lama, ada panggilan dari Wira di ponselnya.
“Halo Wir,” kata Ari.
“Halo Ri,” jawab Wira di ponsel Ari,”Gue juga udah hubungi Nara, nggak diangkat juga.”
“Iye, gue jadi khawatir,” suara Ari tegang.
“Sebelumnya kapan lo hubungi Nara,” tanya Wira.
“Tadi sore, gue kirim WA tentang Pak Riza yang gue kirim ke lo sama Toha juga, cuma dibaca doang,” kata Ari.
“Kalau gitu kita ke rumahnya aja, gue jemput lo ya,”
“Ok.”
“Gue berangkat sekarang.”
“Ok.”
Tidak sampai setengah jam Wira sampai di rumah Ari dengan vespanya. Ibu Ari sempat menegur Ari karena ini sudah malam dan dia harus belajar. Tapi Ari bilang mungkin saja ada yang mengganggu Nara. Dan Ari sudah menceritakan peristiwa yang menimpa Pak Riza tadi siang ke ibunya. Ibu Ari tidak bisa apa-apa selain melihat anaknya pergi naik vespa dengan temannya. Ibu Ari khawatir dan dia jadi ingat bapaknya, kakek Ari. Kakek Ari yang hilang tak pernah kembali lagi setelah pergi ke gunung-gunung.
Hampir setengah jam Ari dan Wira sampai ke rumah Nara. Setelah memencet bel, muncul pembantu Nara yang sudah pernah ketemu Ari dan Wira juga. Pembantu Nara membukakan pintu gerbang tapi wajahnya terlihat tegang dan bingung.
“Bi, Nara ada?” kata Wira langsung bertanya.
“Ya itu Mas… Duh gimana ya…” kata Pembantu Nara bingung.
“Kenapa Bi?”tanya Ari.