Ini adalah hari kedua, Ari, Toha dan Nara, pagi-pagi di taman tanpa keberadaan Wira. Wira sedang menjalani hukuman skorsing karena kasusnya dengan Fatar. Buat Ari, Toha dan Nara, suasana jadi terasa lain. Mereka tidak banyak bicara. Bahkan sebelum bel masuk berdering, mereka sudah menuju ke kelas.
Kegiatan belajar pun berjalan seperti biasa. Tidak ada sesuatu yang terjadi. Mereka tidak merasakan ataupun melihat sesuatu. Besar kemungkinan karena masalah Fatar sudah dibereskan sendiri oleh orang-orang padepokan. Ada perasaan lega yang mereka rasakan. Tetapi sesuatu jadi terasa biasa-biasa saja saat mereka menjakani jam demi jam di sekolah. Sampai bel pulang sekolah berdering, Nara mengungkapkan rencananya mengunjungi Wira di rumahnya. Sepertinya Nara sudah tidak tahan dua hari tidak bertemu Wira. Dan seperti biasa, siang ini Toha akan bersepeda ria bersama Astri. Tinggal Ari yang berjalan sendiri ke arah gerbang. Dia ingin menelpon Tata, tapi di jam segini, Tata masih ada di jalan, di mobilnya. Sopirnya akan tahu Ari sedang menghubungi Tata. Lalu Ari ingat Lisa. Dia berharap siang ini bisa bertemu Lisa.
Ari sampai di halte. Dia sempat memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Barangkali Lisa ada di sana. Ari juga memperhatikan bus yang berhenti di depan. Dia amati orang-orang di dalam bus. Kalau ada Lisa di sana, dia akan langsung naik bus itu. Sampai Ari mendengar suara memanggilnya dari belakang.
“Kak Ari!” suara Lisa kencang memanggil Ari.
“Lisa… Kamu belum pulang?” kata Ari. Dia melihat Lisa menghampirinya dengan wajah ceria.
“Belum…” Jawab Lisa, “Kak Ari pulang naik bus?”
“Iya…” jawab Ari,” Kamu juga naik bus kan?”
“Iya… Jurusan kita kan sama,” jawab Lisa.
Mereka berdua pun naik bus yang lewat berikutnya. Seperti biasa, di jam segini bus penuh sesak. Ari dan Lisa jadi berdiri saling berdekatan.
“Kamu nanti ada audisi lagi kan?” tanya Ari membuka pembicaraan.
“Iya kak, hari Rabu depan,” jawab Lisa,”kemarin kan ketunda, tinggal aku doang yang belum audisi.”
“Tenang... Masalah yang waktu itu sudah diselesaikan kok,” kata Ari mencoba menyemangati Lisa, “Sekolah kita sekarang aman.”
“Iya… mudah-mudahan…” jawab Lisa pendek. Tatapan matanya keluar jendela bus. Dia seperti ragu dengan pernyataan Ari.
“Yang penting kamu nggak usah pikirin yang lain-lain,” Ari melihat keraguan Lisa. Walau sebersit masih ada keraguan juga di benak Ari, tapi dia tetap menyemangati Lisa, “Fokus aja ke audisi, kamu pasti bisa.”
“Iya Kak… Tapi aku harus bisa lebih baik dari Kak Gaby, vokalis senior sebelumnya…” kata Lisa.
Ari tahu, Gaby dulu satu kelompok dengan Tata. Mereka termasuk murid-murid perempuan dari kalangan berada di kelas Tata. Dan Gaby kini sedang jadian sama Jodi.
“Kalau aku bilang sih, kamu bisa lebih baik dari Gaby,” kata Ari, “Menurut aku, Gaby itu biasa-biasa aja. Selama ini kan dia belum pernah dapat penghargaan. Asal kamu fokus aja, kamu pasti bisa lebih baik dari Gaby.”
Sejenak Lisa menatap Ari dengan mata berbinar.
“Kak Ari seperti almarhum kakak aku. Selalu bisa menyemangati aku,” kata Lisa.
“O ya…” Ari jadi penasaran.