Hari ini hari Selasa. Dari pagi sampai bel pulang sekolah berdering, Ari selalu memikirkan Lisa. Dia harus bicara dengan Lisa. Sebab tidak seperti yang dia ungkapkan ke Lisa waktu itu di bus, ternyata sekolah mereka masih berhantu. Tapi hari ini dia ada ekstrakurikuler melukis bersama Toha. Dan Nara ada ekstrakurikuler fotografi. Ari pun bilang ke Toha, hari ini dia tidak ikut ekstrakurikuler dulu, dia akan mencari Lisa di halte bus.
“Wah nggak asyik dong. Emang lo mikirin banget sih sama Lisa,” kata Toha sebelum Ari meninggalkannya, “Terus Tata gimana?”
“Lisa itu nganggep gue seperti kakaknya, “ kata Ari bicara buru-buru, “kakak laki-lakinya sudah meninggal dan dia itu sangat mengidolakan kakaknya itu.”
Tetapi sebelum Ari beranjak pergi, ada suara memanggil Ari.
“Kak Ari!,” Lisa terlihat datang mendekat ke Ari dan Toha, “Kak Ari belum pulang?”
“Belum…” jawab Ari terbata.
“Kita ada ekskul melukis,” kata Toha menyela.
“O gitu,” kata Lisa, “Boleh dong kak, aku mau lihat lukisannya Kak Ari?”
“Boleh, boleh,” kata Ari.
Lalu mereka berjalan menuju ke ruang ekstrakurikuler melukis. Toha yang berjalan di belakang Ari, masih heran dengan besarnya perhatian Ari ke Lisa. Di ruang ekstrakurikuler melukis, Lisa begitu mengagumi lukisan-lukisan Ari, juga lukisan-lukisan lain yang ada di ruang itu.
“E… Kak Ari nanti pulang jam berapa?” tanya Lisa setelah dia melihat semua lukisan di ruangan itu.
“E…,” Ari masih bingung menjawabnya. Karena rencananya tadi dia akan mencari Lisa dan Lisa sekarang sudah ada di depannya.
“Kak Ari naik bus kan pulangnya?” tanya Lisa.
“Iya…” jawab Ari.
“Ntar kita bareng ya… Kalau gitu nanti aku tunggu di kantin,” kata Lisa. Dia sudah melihat pak guru pembina ekstrakurikuler melukis masuk ruangan.
“Ok, nanti aku susul kamu ke kantin,”kata Ari.
Ari pun melihat Lisa sampai keluar ruangan.
“Kayaknya si Lisa suka sama lo deh Ri,” bisik Toha di dekat Ari.
“Udah gue bilang, dia itu nganggep gue kayak kakaknya,” jawab Ari.
Lalu kegiatan ekstrakurikuler melukis berjalan seperti biasanya. Hingga satu jam kemudian, saat pak guru pembina tidak ada, pintu ruangan diketuk. Nara terlihat di depan pintu. Kepalanya melongok-longok mencari Ari dan Toha. Ari dan Toha pun beranjak menuju pintu.
“Ada apa Ra?” tanya Ari. Ari melihat Nara sudah memakai jaket dan tudung kepalanya. Dan di tangannya dia bawa kamera.
Lalu Nara mengajak Ari dan Toha ke tempat sepi di samping ruang ekstrakurikuler melukis.
“Ri tadi pas gue foto-foto makanan di kantin, gue nangkep gambar anak kecil itu lagi,” kata Nara. Suaranya bergetar.
Ari dan Toha pun buru-buru memeriksa kamera Nara. Mereka mulai menggeser display di kamera Nara. Ada beberapa foto makanan yang disajikan di atas meja. Kalau diperhatikan, di belakang meja di semua foto itu ada bayangan putih yang kabur. Bayangan itu membentuk kepala anak perempuan berambut panjang. Dan tangannya yang hitam seperti sedang memegangi ujung meja.
“Anak kecil itu ada di kantin Ri,” desis Toha.
Ari pun langsung berlari menuju kantin. Karena dia tahu, Lisa sedang menunggunya di sana. Sampai di kantin, Ari melihat Lisa sedang duduk sendiri di sebuah bangku. Lisa sedang memakai headset-nya, mendengarkan lagu dari ponselnya.
“Lisa! Kamu nggak apa-apa?” kata Ari tergopoh setelah ada di depan Lisa.
Justru Lisa yang terheran-heran melihat Ari yang begitu cemas memandanginya.