Hari ini hari Rabu. Hari ini Ari harus bicara dengan Lisa. Tapi Ari tidak tahu apa yang harus diomongkan. Seperti biasa, pagi-pagi Ari berkumpul dengan Toha, Wira dan Nara di taman.
“Udah, bilang aja ke Lisa, suruh tinggalin hantu-hantunya di rumah. Jangan dibawa ke sekolah” kata Toha.
“Nggak bisa gitu juga Ha,”Sergah Wira,”Emang sih, Tata bisa lihat semua hantu-hantu itu… Tapi kan itu masih sebatas pendapat Tata.”
Ari masih diam. Walau seratus persen dia akan percaya Tata, tapi pendapat Wira ada benarnya.
“Kalau nggak, lo terus terang aja Ri. Bilang ke Lisa apa yang dilihat Tata,”kata Nara,” Terus lo tanya deh pendapatnya si Lisa.”
Ari merasa Nara selalu punya ide yang jitu. Dia akan menuruti kata-kata Nara. Dan minimal dia bisa mengembalikan cincin Lisa.
“Tapi ntar gue ikut ya Ri,” kata Nara,”Gue penasaran. Gue pengen foto Lisa dari jauh. Penget tahu, ketangkep nggak anak yang tangannya item itu.”
Sebenarnya Ari agak ragu. Tapi dia mengiyakan.
“Gue juga ikut,”kata Toha.
“Kita kan satu komplotan,” tambah Wira.
Jam istirahat pertama, Ari, Toha, Wira dan Nara buru-buru keluar kelas. Nara sudah membawa kameranya. Tapi mereka tidak menuju ke kelas 10. Ari tahu, hari Rabu, sebelum jam istirahat pertama, Lisa ada pelajaran komputer. Tapi baru beberapa saat mereka berjalan di lorong kelas, sesuatu menghentikan langkah mereka. Mereka berempat sempat kaget, karena tiba-tiba ada anak perempuan berlari di depan mereka. Dan mereka yakin, itu anak perempuan yang tangannya hitam. Mereka berusaha menenangkan diri. Karena tidak seorangpun murid yang lalu lalang di lorong melihat anak itu. Nara pun sudah memakai tudung jaketnya. Anak itu sudah tak terlihat. Tapi sekilas tadi mereka sempat perhatikan wajah anak itu seperti ketakutan. Lalu di lorong seberang, sekelebat terlihat wanita dengan baju serba hitam di antara kerumunan murid. Rambut wanita itu melayang ke atas. Dia bergerak cepat seperti tanpa melangkah dan menghilang di ujung lorong. Lalu di saat hampir bersamaan, di lorong lantai 2, terlihat wanita dengan baju Belanda berjalan mundur. Wanita itu berkelebat cepat dan menghilang tepat di depan ruang ekstrakurikuler band. Ari melihat ketiga temannya. Wajah mereka terlihat pucat. Sebelumnya mereka hanya melihat wanita rambut melayang dan noni Belanda itu di gambar Ari dan di rekaman CCTV. Kini mereka berempat bisa melihatnya. Nara sempat berpegangan pada Wira. Sementara ketiga temannya masih shock, Ari justru buru-buru menuju laboratorium komputer. Ia merasa ada sesuatu terjadi pada Lisa. Dan benar saja, baru sampai di depan laboratorium komputer, Ari melihat kerumunan murid di sana. Lalu serombongan murid terlihat keluar dari laboratorium membopong seorang anak perempuan. Dan setelah dekat, Ari tahu anak perempuan itu Lisa. Sepertinya Lisa pingsan lagi. Ari langsung meringsek berbaur dengan rombongan yang membopong Lisa. Toha, Wira dan Nara pun sudah menyusul Ari. Tapi saat berjalan menuju UKS bersama rombongan itu, perasaan Ari tidak enak. Dia merasa ada sesuatu tidak jauh-jauh dari dirinya. Dan perasaan itu begitu kuat. Lalu Ari mencium bau bangkai. Ari melihat Nara semakin ketat melipatkan tangan di dadanya. Badannya terlihat menggigil. Ari mendekat pada ketiga temannya.
“Kalian cium bau bangkai?” tanya Ari dengan suara berbisik.
“Iya bau banget,”jawab Toha.
“Sejak dari depan lab komputer tadi,”tambah Wira.