Ari berjalan cepat-cepat menuju laboratorium komputer. Dia sengaja menyuruh Tata berjalan tepat di belakangnya. Saat laboratorium komputer sudah di depan, Ari tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Ada apa Ri?” tanya Tata di belakang Ari.
Ari melihat pintu laboratorium komputer tertutup. Tapi tepat di depan pintu ada orang sedang jongkok.
“Ada orang jongkok di depan pintu,”kata Ari. Dia berusaha mengamati orang itu. Tapi Ari melihat sosok itu begitu samar, cuma bayangan hitam dan kepalanya pun tertunduk.
Bunyi bel masuk sempat mengagetkan Ari. Tapi Ari tetap berusaha terus memperhatikan sosok yang ada di depan pintu. Lalu Ari melihat sosok itu berdiri. Ari kaget, karena sosok itu tiba-tiba berubah menjadi tinggi hingga hampir melebihi atap sekolah. Badannya gelap seperti bayangan. Kaki, tangan dan jari-jarinya menjulur sangat panjang. Sosok gelap tinggi itu mulai melangkahkan kakinya. Ari sempat khawatir sosok itu akan menghampirinya. Tapi ternyata dia bergerak ke arah tanah kosong di belakang sekolah dan menghilang di sana. Ari pun lega. Beberapa saat dia masih bisa mencium bau bangkai yang menyengat. Lalu Ari perhatikan sekitar mulai sepi karena hampir semua murid sudah masuk ke kelas.
“Ta, sebaiknya kamu balik ke kelas,”kata Ari menatap Tata lekat-lekat.”Biar aku yang masuk ke sana.”
“Nggak Ri, aku ikut kamu,”kata Tata dengan tatapan memohon,” Astri ada di dalam sana Ri.”
Beberapa saat Ari memandangi Tata. Tampaknya dia tidak bisa untuk tidak meluluskan permintaan Tata.
“Ok, tapi kamu harus tetap di belakangku,” kata Ari.
Mereka berdua pun cepat berjalan ke laboratorium komputer sebelum ada guru memergoki. Begitu masuk ke ruang komputer, Ari melihat beberapa meja komputer bergelimpangan. Beberapa set komputer berserakan. Di ujung ruangan, lubang besar di dinding terlihat menganga. Lorong bawah tanah terlihat gelap di belakang sana. Dan tepat di sebelahnya, Ari melihat sosok yang tadi menempel di dinding kelas Tata. Kini dia sedang berdiri dengan empat kakinya.
“Astri!” Tata berteriak dan beranjak ke salah satu sudut ruangan.
Ari melihat di sana ada Astri yang tergeletak dekat Toha. Tata langsung bersimpuh memeriksa kondisi Astri yang ada di pangkuan Toha. Ari begitu khawatir karena posisi Astri dan Toha tidak jauh dari sosok berkaki empat itu berdiri. Tapi Ari melihat sosok itu hanya berdiri mematung. Seperti kelelahan dan terlihat lemah. Seperti ada luka di beberapa bagian tubuhnya. Dan Ari yakin Tata dan Toha tidak melihat sosok itu.
“Astri kenapa Ha?” tanya Tata cemas sambil memegangi kepala Astri yang terasa dingin.
“Dari tadi dia pingsan,”kata Toha dengan suara gemetar,” Kadang dia ngigau.”
“Kita harus keluarin dia dari sini Ha,” kata Astri.
“Udah gue coba berkali-kali Ta,”kata Toha dengan wajah berkeringat,”Badannya jadi berat banget.”
Tata pun mencoba mengangkat badan Astri dibantu Toha. Dan memang badan Astri terasa sangat berat untuk diangkat. Walau berdua, Tata dan Toha tidak mampu mengangkatnya.
Sementara di sudut ruangan lain, Ari melihat Wira dan Nara di antara serakan meja komputer. Wira terbaring di lantai. Dan tak jauh dari Wira, Nara tersimpuh bersandar di tembok.
“Ari…” Suara Nara terdengar lemah memanggil Ari.
Ari pun cepat-cepat mendatangi Nara yang terlihat lemas.
“Ra, lo kenapa?” Tanya Ari cemas. Dia melihat mata Nara hanya terbuka setengah.
“Ri… mahluk itu… sengaja mengincar Wira…” kata Nara patah-patah.
“Maksudnya?” Ari belum mengerti.
Ari melirik ke arah mahluk itu. Dia masih berdiri di sana. Dan Ari melihat Wira masih tergeletak tak bergerak di lantai.