Hari ini Ari kesiangan. Hampir saja dia terlambat. Pintu gerbang sudah mau ditutup saat dia sampai di sekolah. Ari pun tidak bisa melihat Tata seperti biasa pagi-pagi dia lakukan di tempat parkir. Ini gara-gara hantu remaja dari Gedung Alun-alun yang Ari rasa dia sudah masuk ke mimpinya. Dan bunga mawar yang dia berikan ke Tata kini sudah tersimpan dalam tas ranselnya. Dia sudah tidak sabar untuk memberitahukannya ke Tata. Dan dia sudah tidak sabar untuk memberikan bunga itu ke Tata lagi.
Saat bel istirahat berbunyi, Ari langsung mendatangi bangku Nara.
“Ra, gue mau nanya dong…” Kata Ari ke Nara dengan suara sedikit berbisik.
“Kenapa Ri?” Tanya Nara sambil senyum-senyum. Dia tahu Ari kemarin jadian dengan Tata.
“Gini Ra…” kata Ari dengan muka tetap serius,” Lo tahu nggak, sekolah kita ini, dulu waktu jaman Belanda, fungsinya buat apa?”
“Ngapain lo nanya-nanya?” tanya Nara yang jadi serius.
Ari agak kesal dengan sikap Nara. Tapi dia benar-benar butuh jawaban Nara. Ari pun mendekat duduk di sebelah Nara sembari memandang sekitar. Ari tidak ingin ada anak lain mendengar apa yang dia katakan ke Nara. Lalu Ari ceritakan tentang hantu remaja di Gedung Alun-alun yang dia temui kemarin saat jadian dengan Tata. Tentu Ari tidak menceritakan kejadian pada malam harinya.
“Yakin lo dia ngomong gitu?” tanya Nara mencoba meyakinkan.
“Iya dia bilang gitu…” Jawab Ari, “Pokoknya banyak yang datang dari pelabuhan, lewat gedung alun-alun, terus mereka mau ke rumah sakit, nyari orang yang baunya kayak Tata.”
“Seinget gue, menurut yang gue baca di buku kakek gue nih… Sekolah kita dulunya tuh rumah sakit,” kata Nara serius,” Dan itu ada lorong yang nyambung dari pelabuhan ke Gedung Alun-alun, terus ke sekolah kita.”
Mereka pun saling berpandangan. Berarti memang ada sosok-sosok yang sedang menuju ke sekolah mereka dari tempat lain lewat lorong bawah tanah. Dan wajah Ari bertambah tegang. Karena dia tahu, dan hanya dia yang tahu, kalau Tata telah membunuh salah satu mahluk saat ada kejadian di Laboratorium Komputer. Jika yang dikatakan hantu remaja di Gedung Alun-alun itu benar, bisa jadi mereka yang sedang menuju ke sekolah memang sedang mencari Tata. Lalu ada beberapa murid yang lewat di sekitar mereka. Ari dan Nara pun jadi tidak dapat meneruskan pembicaraan mereka.
“Eh, gimana jadian kalian? Sukses?” tanya Nara mengubah topik pembicaraan.
“Iya gitu deh…” kata Ari. Dia masih kepikiran jika ada mahluk yang memang sedang mencari Tata.
“Tapi walau udah jadian, kalian susah buat ketemuan ya?” tanya Nara.
“Iya gitu deh..” kata Ari lagi dengan muka pasrah. Dia jadi ingat bunga yang tiba-tiba muncul di kamarnya tadi pagi. Dan kini dia sadar, dia tidak tahu cara untuk memberikannya lagi ke Tata.
“Gue tahu dimana lo bisa ketemu Tata di sekolah,” kata Nara serius.
“Dimana?” Tanya Ari spontan.
“Di belakang rumah Pak Min,” jawab Nara.
“Ya… Kalau Tata kesana, akan ketahuan…” Sanggah Ari.
“Jangan lewat depan rumah Pak Min…” kata Nara.
“Terus lewat mana?” Tanya Ari.
“Lewat Toilet cewek,” jawab Nara, ”Di belakang toilet cewek tuh ada pintu yang selalu digembok. Pintu itu kalau dibuka, langsung nembus ke belakang rumah Pak Min. Itu gembok, kuncinya yang bawa Pak Min.”
“Terus ngebukanya gimana?” Tanya Ari lagi.
“Gampang lah itu,” kata Nara, ”Ntar aku yang bilang ke Pak Min.”
Saat Jam istirahat mau selesai, Ari bertemu dengan Toha di toilet.