Hari ini, saat jam istirahat pertama, seperti biasanya, Ari dan Tata bertemu di tempat rahasia mereka. Ari bercerita ke Tata tentang rekaman CCTV yang dia lihat kemarin siang di laptop Wira.
“Kayaknya, masalahnya jadi serius ya Ri…” kata Tata.
“Iya Ta,” Ari memandangi kalung perak yang masih melingkar di leher Tata,” Jangan pernah lepas kalung kamu ya Ta…”
“Iya Ri…” kata Tata sembari memegangi bandul kalungnya yang berbentuk kapsul.
“Lorong sekolah kita masih bermasalah…” Ari berguman.
“Tapi kan udah ada orang padepokan waktu itu Ri…” kata Tata.
“Inget nggak Ta, waktu kejadian di lab komputer…?”
“Iya Ri… Mereka masuk ke sekolah kita, manfaatin anak-anak yang pingsan…”
“Ta, kalau aku pikir-pikir… Semua gara-gara hantu bayangan tinggi itu… Waktu itu, Pak Hud bilang dia nggak keambil sama orang padepokan… Dia bisa menyaru jadi siapa aja… Dan kalau dia nyaru orang… Kakinya nggak kelihatan…”
“Dan dia sekarang menyaru Pak Suman…?” tanya Tata.
“Iya Ta… Aku pikir gitu.”
“Jadi, dia bisa masukin hantu lain ke sini lagi dong…?” tanya Tata lagi.
“Iya… Kayak hantu yang jalannya kayang itu Ta…”
Beberapa saat, Ari dan Tata saling pandang.
“Tapi Ri… Aku pikir… Misalnya nanti ada masalah… Biar orang padepokan yang atasin. Kamu nggak usah ikutan Ri. Terus kamu nggak usah cerita juga sama Toha, sama Nara, sama Wira…”
“Iya Ta… Aku juga pengennya gitu. Aku cuma khawatir, kalau ada apa-apa terjadi sama kamu.”
Tata menatap Ari dalam-dalam. Lalu dia pegang tangan Ari. Dia tahu, apapun yang terjadi, Ari akan selalu melindunginya.
“Hantu Belinda itu nggak datang lagi kan Ri?”
“Tadi malam sih nggak datang Ta…”
“Aku harap dia nggak nyamperin kamu lagi,” kata Tata
“Katanya aku disuruh nanya sama dia?” Tanya Ari
“Nggak ah… Nggak jadi… Aku nggak mau dia datang lagi ke kamu,” kata Tata dengan muka dibikin cemberut.
“Iya Ta… Mudah-mudahan dia nggak datang lagi,” kata Ari serius.
Tiba-tiba Ari berdiri dan menatap ke arah pintu yang terhubung ke toilet. Lalu Ari cepat-cepat membuang mukanya. Hanya matanya yang masih melirik ke arah sana. Karena di sana, Ari melihat sosok bongkok memakai tongkat dengan muka tengkorak yang menembus pintu. Dia berjalan tertatih ke arah depan rumah pak Min. Tata yang dari tadi melihat Ari, jadi tegang.
“Ada apa Ri?” Tanya Tata setengah berbisik.
Ari masih diam. Dia masih memperhatikan sosok bongkok dengan muka tengkorak tadi. Karena ternyata sosok itu masih terlihat olehnya. Sosok itu berhenti dan duduk di pojokan, di samping rumah Pak Min.
“Ri, ada apa?” Tanya Tata tidak sabar.
Ari memandang Tata sebentar dan sekilas dia lihat kalung Tata.
“Ta, kita musti pergi dari sini deh,” kata Ari sembari melirik ke arah samping rumah Pak Min.
“Ada apa sih Ri?” Tata tambah penasaran.
“Ntar malam aku gambar ya,” kata Ari dengan muka tegang, “Sekarang kamu balik ke kelas aja. Kemana-mana jangan sendirian ya.”