Komplotan Tidak Takut Hantu

Mohamad Novianto
Chapter #67

Bab 66 : Ada Pintu di Dinding Gudang

Hari ini, untuk yang kedua kali, Ari hampir terlambat datang ke sekolah. Tadi malam Ari benar-benar tidak bisa tidur. Hampir semalaman Belinda terbujur di langit-langit tepat di atas Ari rebah di kasur. Baru setelah hujan reda di luar, hantu remaja bermuka pucat itu pergi dari kamar Ari. Kantuk pun masih menggelayuti mata Ari. Beberapa kali Ari musti mengusap matanya saat berjalan di halaman sekolah. Tiba-tiba ada yang memanggil namanya. 

“Ari! Sini!” ternyata Pak Min yang memanggil Ari. Pak Min ada di parkir sepeda, melambaikan tangannya ke Ari.

Ari pun melangkahkan kakinya ke sana. Dari jauh, Ari bisa melihat wajah Pak Min seperti bingung, seperti takut. Beberapa kali Pak Min menengok kanan kiri. 

“Ada apa Pak Min?” kata Ari sesampai di parkir sepeda.

Pak Min menengok kakan kiri lagi.

“Ri, tadi malam saya lihat setan… Serem banget…!” kata Pak Min patah-patah.

“Kayak gimana setannya Pak Min,” Ari jadi ingat cerita Belinda tentang hantu mata satu dan bergigi panjang yang katanya mencari Tata.

“Badannya bongkok… Wajahnya kayak jerangkong… Ih, serem banget!” kata Pak Min,” Tadi saya tanya sama Toha, tapi katanya dia nggak tahu apa-apa.”

“Setannya ada di samping rumah Pak Min yang sebelah kiri?” tanya Ari. 

“Iya, bener Ri,” kata Pak Min, “Kok kamu tahu? Apa gara-gara kemari Neng Nara sama Wira masuk ke lorong ya?”

“Nggak tahu juga ya Pak Min,”jawab Ari,” Coba, kalau bisa, Pak Min jangan lewat samping rumah yang sebelah kiri.”

Lalu Ari minta diri ke Pak Min, karena bel masuk sudah berbunyi. Ari berharap, hantu bongkok berwajah tengkorak itu hanya nongkrong di tempatnya, di samping kiri rumah Pak Min. Sesampai di lorong kelas, Ari heran, di lorong kelas 11, banyak murid-murid yang belum masuk ke kelas. Dan di salah satu kelas, hampir semua muridnya ada di luar kelas. Mereka berkerumun dengan wajah bingung dan cemas. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di kelas itu. Ari pun menyeruak ke kerumunan. Dia sempat bertanya pada salah satu murid yang ada di situ. Katanya saat bel masuk bunyi tadi, kursi guru bergerak sendiri, terseret sampai depan pintu. Ari pun melihat, kursi guru masih ada tepat di muka pintu. Lalu Ari merasakan sesuatu di kerumunan murid. Dan di sana Ari melihat perempuan memakai baju suster yang matanya mengeluarkan darah. Lalu ada pak guru datang. Pak guru pun berusaha menenangkan murid-murid, dan menyuruh mereka masuk ke kelas. Murid dari kelas lain pun disuruh kembali ke kelas masing-masing. Dan Ari baru sadar, di sana tadi ada Toha, Nara dan Wira. Tapi mereka berdiri saling berjauhan. Mereka pun balik ke kelas sendiri-sendiri. Tadi Ari sempat bertatapan dengan Toha, Nara dan Wira. Tapi seperti ada sesuatu yang tertahan di antara mereka. Hanya tatapan mata, selebihnya mereka akan menyimpan peristiwa pagi ini di benak masing-masing. Ari yakin, Toha, Nara dan Wira juga melihat perempuan berbaju suster di sana. Tapi sebenarnya, yang ingin Ari lakukan hari ini adalah mencari hantu yang diceritakan Belinda. Hantu yang katanya mancari Tata. Hantu bermata satu dan bergigi panjang. Dan tadi pagi, begitu Ari bangun, dia langsung mengirim pesan ke Tata untuk tidak bertemu dulu di tempat rahasia mereka dan menyuruh Tata tetap ada di kelasnya.

Saat bel istirahat pertama berbunyi, Ari langsung keluar kelas. Rencananya, saat jam istirahat pertama dan kedua, Ari akan berkeliling di sekitar sekolahnya, untuk membuktikan kata-kata Belinda benar adanya. Dia akan mencari hantu bermata satu dan bergigi panjang. Karena sekarang ini, dia benar-benar khawatir dengan keselamatan Tata.

Ari pun mulai pencariannya dari rumah Pak Min. Di sana dia masih melihat hantu bongkok bermuka tengkorak. Hantu itu hanya duduk diam di sana. Tapi selain hantu bongkok itu, dia tidak melihat yang lain di sekitar situ. Lalu Ari lewat lahan kosong di belakang kantin. Di sana Ari melihat sosok besar dan berbulu, yang sepertinya dari tadi dia hanya mondar-mandir di lahankosong itu. Sambil berjalan cepat, Ari berusaha memperhatikan wajah sosok itu.Ari hanya melihat dua matanya yang merah dan mukanya yang penuh bulu. Sosok itu tidak bermata satu dan tidak bergigi panjang. Lalu Ari ke halaman depan sekolah, taman, tempat parkir, juga lapangan basket. Tapi Ari tidak melihat apa-apa di sana. Justru di dekat lapangan basket, Ari berpapasan dengan gerombolan anak basket yang sepertinya dari tadi memperhatikan tingkah Ari.

“Freak!” kata salah satu di antara mereka.

Ari segera pergi dari situ, berusaha tidak memperhatikan mereka. Gerombolan anak basket itu masih mentertawakan Ari. Dan Ari tahu, Jodi juga ada di sana. Ari tidak peduli dengan mereka. Yang ada di kepala Ari cuma keselamatan Tata. Saat melewati toilet, Ari melihat ada kehebohan di sana. Beberapa murid perempuan berhamburan keluar. Di antara mereka ada yang berteriak-teriak histeris. Ari pun bertanya pada salah satu murid perempuan yang ada di sana. Katanya di salah satu kamar mandi, kran airnya nyala mati sendiri. Ari pun masuk ke toilet. Dan di salah satu kamar mandi, Ari melihat hantu yang berjalan kayang ada di dekat kran. Ari cepat-cepat beranjak dan mencoba menyusur sudut lain di sekitar situ. Tapi Ari tidak melihat selain hantu yang berjalan kayang tadi. Ari masih berusaha mencari. Berharap dia melihat hantu bermata satu dan bergigi panjang. Lalu ada ibu guru datang menenangkan murid-murid. Ari melihat hantu yang berjalan kayang sudah keluar toilet.

“Hei, ngapain kamu anak laki ada di toilet cewek!” kata bu guru galak. Matanya melotot, melihat Ari yang masih berdiri di depan toilet.

Ari pun langsung berlari melewati bu guru itu menuju kelasnya karena bel masuk sudah berbunyi.

Setelah istirahat ada pelajaran Pak Riza. Di akhir pelajaran, Pak Riza sempat berpesan ke Ari untuk menemuinya di parkir motor nanti jam istirahat kedua. Ari belum pernah melihat wajah Pak Riza setegang saat ini. Biasanya Pak Riza memanggilnya setelah bel pulang sekolah dan bertemu dia ruang guru dulu. Ari sempat melihat Toha, Nara dan Wira memandang ke arahnya saat tadi Pak Riza berbicara padanya. Ari tahu, Toha, Nara dan Wira juga merasakan sesuatu ada di sekolah mereka. Tapi sepertinya meraka hanya akan saling diam.

Begitu bel istirahat berbunyi, Ari langsung menuju ke parkir motor. Di sana Pak Riza sudah menunggunya. Pak Riza tengok kanan kiri sebentar dan menunggu sekitar parkir sepi.

“Ri, saya ingin bicara tentang Pak Suman…” kata Pak Riza pelan, setelah tidak ada orang di sekitar parkir.

“Ada apa dengan Pak Suman, Pak?” Tanya Ari. Ari penasaran, karena dia tahu ada sesuatu terjadi dengan Pak Suman.

“Gini Ri,” Pak Riza memelankan suaranya,” Saya pikir, akhir-akhir ini Pak Suman tingkahnya aneh. Semakin hari semakin aneh…”

“Maksudnya…?”Ari makin penasaran.

“Sori Ri, karena saya nggak tahu harus bicara sama siapa. Semua guru juga sedang membicarakannya. Pak suman itu sering mengunci diri di ruangannya. Bahkan katanya sampai maghrib dia baru pulang. Banyak yang bilang… Dan saya pernah denger sendiri, dia itu di ruangannya sering bicara sendiri.”

Pak Riza berhenti bicara sebentar karena ada beberapa murid lewat dekat situ.

Lihat selengkapnya