Malam harinya, Ari benar-benar tidak bisa konsentrasi belajar. Ari tidak tahu apakah harus bilang ke Tata mengenai cerita Belinda tentang hantu bermata satu dan bergigi panjang. Karena Ari tidak mau Tata jadi khawatir. Apalagi Ari masih belum yakin akan kebenaran cerita Belinda. Kecuali Ari sudah melihat sendiri hantu itu di sekolah. Dan Ari masih akan mencari hantu itu demi keselamatan Tata. Lalu ponsel Ari bunyi. Ada panggilan dari Tata. Ari menduga, Ibu Tata pasti sedang tidak di rumah. Ari pun langsung mengangkatnya.
“Halo, Ta,” kata Ari.
“Halo, Ri…” jawab Tata di ponsel Ari.
“Kamu baik-baik kan Ta?” Tanya Ari.
“Baik, Ri,” jawab Tata,” Mmm… Ri, kapan kita ketemu lagi di sekolah…?”
“Saat ini kayaknya situasinya lagi gawat deh Ta,” jawab Ari.
Lalu Ari menceritakan pertemuannya dengan Pak Riza tadi siang sampai ada info dari Pak Riza mengenai pintu yang ada di gudang bawah tanah. Ari sempat terpikir tentang hantu bermata satu dan bergigi panjang yang diceritakan Belinda. Tapi Ari putuskan, saat ini dia tidak akan cerita dulu ke Tata.
“Jadi kita nggak bisa ketemuan dong Ri?” tanya Tata merajuk.
“Ya… Sementara Ta, karena situasinya begini…” jawab Ari. Bukannya Ari tidak ingin bertemu Tata. Tapi ini demi keselamatan Tata.
“Eh, Ri… Kalau aku pikir-pikir, semuanya berawal dari hantu bayangan tinggi yang pernah kamu gambar itu… Bener nggak?” Tata bertanya supaya bisa lebih lama bicara dengan Ari.
“Iya, aku pikir juga begitu Ta,” jawab Ari,” Bisa jadi dia yang menyaru jadi Pak Suman yang kakinya nggak kelihatan.”
“Aku tahu Ri, kenapa di rekaman CCTV Wira, Pak Suman masih kelihatan kakinya,” kata Tata antusias.
“Kenapa Ta?” Tanya Ari.
“Ya… Karena itu Pak Suman yang asli…” Jawab Tata.
“Maksudnya?” Tanya Ari lagi.
“Iya… Makanya ada pintu di gudang basement,” jawab Tata,”Pak Suman masuk lorong bawah tanah lewat situ…”
“Dan Pak Suman yang nyuruh bikin pintu itu?” Guman Ari.
“Bukan Pak Suman…” Tata mencoba menyimpulkan,”Tapi hantu bayangan itu yang nyuruh… Hantu itu yang mempengaruhi Pak Suman untuk bikin pintu… Dan dari sana Pak Suman bawa hantu-hantu lain yang ada di lorong itu…”
Ari terdiam sejenak. Ari tahu, Tata memang anak yang pintar. Tapi kali ini Ari benar-benar kagum. Tata bisa menyimpulkan persoalan yang masih begitu rumit buat Ari.
“Bener nggak Ri,” tanya Tata, memancing Ari supaya bicara lebih lama.
“Iya, bener… Bener Ta,” jawab Ari,”Jadi hantu ini bener-bener menakutkan… Dia bisa mempengaruhi orang… Orang padepokan aja nggak bisa narik dia waktu itu. Mungkin karena dia bisa nyaru jadi orang. Kayak waktu itu juga dia nyaru jadi kakak Lisa. Padahal kakak Lisa udah lama meninggal…”
“Justru itu Ri…” kata Tata,”Hantu itu mungkin sebelumnya sudah ada hubungannya sama Lisa. Kemungkinan dia pernah ketemu kakaknya Lisa ketika masih hidup, makanya dia bisa menyaru jadi kakaknya Lisa.”
Sekali lagi Ari kagum pada kepintaran Tata. Apa-apa yang dikatakan Tata, benar-benar tidak terpikirkan oleh Ari sebelumnya.
“Bener nggak Ri?” Tanya Tata lagi karena Ari sempat terdiam beberapa saat tadi.
“Iya bener… Bener Ta,” jawab Ari,”Mungkin ada hubungannya sama keluarganya Lisa juga…”
“Ri, mendingan kamu coba tanya sama Lisa deh,” Tata mencoba mengungkapkan idenya,”Mungkin kamu bisa dapat info tentang hantu bayangan ini. Terus kamu bisa sampaikan ke Pak Riza. Biar nanti Pak Riza sampaikan ke orang padepokan…”