Tempat di belakang rumah Pak Min adalah tempat pertemuan rahasia Ari dan Tata di sekolah. Tapi kini jadi tempat bertemunya teman-teman Ari. Walau Ari tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, ini adalah hari yang paling melegakan buatnya. Tapi sepertinya ada orang lain lagi yang tahu tempat rahasia Ari dan Tata. Dari samping rumah Pak Min terdengar suara langkah-langkah orang mendekat. Dan beberapa murid muncul di hadapan Ari dan teman-temannya. Ternyata Drago bersama kelompoknya. Mereka ada enam orang. Di antara mereka ada Jodi.
“Wah-wah, sudah diusir dari taman, ternyata kalian pada ngumpet di sini,” kata seorang dari mereka yang berbadan paling besar.
“Tata! Ngapain kamu ada di sini?” pekik Jodi. Di sekolah, tidak akan ada yang menyangka Tata bergaul dengan anak-anak yang mereka sebut ‘freak’.
Tata hanya bengong melihat tatapan Jodi dan teman-temannya. Tapi Ari sudah maju selangkah di depan Tata.
“Tata! Sini! Jangan dekat-dekat sama mereka!” teriak Jodi.
“Lagian, mending kalian bubar, sebelum aku laporkan kepala sekolah,” kata Drago sok cool.
Wira pun maju mendekati Drago dengan muka yang penuh emosi.
“Hei, kalau mau berantem, ayo berantem,” Kata anak berbadan besar,” Kita tunggu aja, siapa yang dikeluarkan dari sekolah.”
Wira pun menghentikan langkahnya, walau matanya tambah nanar memandangi Drago dan kelompoknya.
“Tata…!” teriak Jodi sekali lagi sembari melambaikan tangannya menyuruh Tata bergabung dengan kelompoknya.
Tata hanya terpaku menggigit bibirnya. Dia beringsut sembunyi di belakang Ari. Lalu Toha maju ke depan, berdiri di samping Wira. Nara pun menyusul, berdiri di samping Toha.
“Jangan sok jagoan deh kalian!” kata anak berbadan besar sembari mengepalkan tangannya.
Tapi tiba-tiba Nara mendekap badan dengan tangannya. Sepertinya dia merasa kedinginan. Lalu di pintu penghubung ke toilet muncul sosok bongkok berwajah tengkorak. Nara, Toha, Wira dan Ari yang melihat sosok itu jadi tegang. Mereka pun mundur beberapa langkah karena sosok itu mulai bergerak mendekat. Sementara Drago dan kelompoknya yang tidak melihat sosok itu, tertawa terpingkal-pingkal melihat Ari dan teman-temannya yang kini sudah mundur sampai pojok belakang.
“Dasar freak lo semua,” kata anak berbadan besar di tengah tawanya.
“Udah freak, pecundang lagi,” tambah Drago.
Mereka tertawa semakin kencang. Kecuali Jodi. Dia hanya diam. Matanya nanar memandangi Tata yang sembunyi di belakang Ari. Lalu Ari dan teman-temannya terlihat tambah tegang. Bukan karena kelompok Drago yang kini di atas angin mem-bully mereka, tapi karena sosok bongkok berwajah tengkorak yang mulai berputar-putar di antara Drago dan kelompoknya. Sosok itu seperti sedang mengendus mereka satu per satu. Sementara Drago dan kelompoknya benar-benar tidak tahu akan kehadiran sosok itu. Justru mereka malah terus tertawa dan Jodi sepertinya sudah tak sabar untuk menjemput Tata. Tapi lama-lama sosok itu hanya berputar-putar di sekitar Jodi. Saat Jodi hendak melangkahkan kakinya mendekati Tata, sosok bongkok itu masuk ke badan Jodi. Dan tiba-tiba Jodi jadi berjalan bongkok layaknya kakek-kakek. Dia berputar-putar dengan tangan seperti membawa tongkat.
“Jodi, kenapa kamu?” tanya Drago yang mulai sadar ada yang aneh dengan Jodi.
Jodi masih berputar-putar di antara kelompoknya sembari terkekeh seperti kakek-kakek. Kelompok Drago yang lain pun jadi kaget. Mereka mulai menjauhi Jodi. Tapi semakin mereka menjauhi Jodi, semakin Jodi mengejar mereka. Drago dan kelompoknya pun lari terbirit meninggalkan tempat itu. Sementara Jodi tetap mengejar mereka walau jalannya terseret-seret dengan badan bongkok.
Belum selesai ari dan teman-temannya dengan ketegangan atas apa yang mereka saksikan barusan, bel masuk sudah berbunyi. Mereka pun membuat kesepakatan, apapun yang terjadi di sekolah hari ini, mereka harus berkumpul setelahnya. Pulang sekolah mereka akan berkumpul di mobil Nara. Dan Ari menyuruh Tata untuk langsung pulang saja. Sopir Tata pasti akan membuat masalah jika Tata ikut mereka. Nanti Tata akan dihubungi lewat telepon. Ari merasa masih membutuhkan kepintaran Tata untuk memberikan saran-sarannya.
Hari ini kekacauan benar-benar terjadi di sekolah. Hampir di tiap kelas ada anak yang kesurupan. Di kelas Ari, Boncel berteriak-teriak seperti anak kecil yang ditinggal ibunya. Ari, Toha, Wira dan Nara bisa melihat ada anak kecil gundul dan telanjang dada yang dari tadi keluar masuk badan Boncel. Guru-guru pun sibuk menenangkan murid-murid. Pak Solidin, guru agama senior, begitu kewalahan, kesana-kemari, menangani murid-murid yang kesurupan. Kegiatan belajar mengajar jadi terganggu. Lalu Kocik sang ketua kelas mendatangi Ari.
“Ri, bagaimana ini?” tanya Kocik dengan muka tegang sambil memandangi Boncel yang kebetulan sekarang sedang diam.
Ari yang ditanya begitu jadi seperti bingung sendiri. Dia pandangi Toha, Wira dan Nara. Sepertinya mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Lalu Ari melihat sekelilingnya. Teman-teman sekelasnya kini sudah mulai berkerumun di sekitarnya. Satu di benak Ari. Dia harus menyelamatkan mereka. Mereka pasti tidak mau mengalami apa yang dialami Boncel. Boncel terlihat sedang sadar ditemani Nara di sampingnya. Sosok anak gundul itu belum datang lagi.
“Sebaiknya kalian semua keluar dari sini,” kata Ari spontan.
“Maksud lo keluar sekolahan,” tanya Kocik.
“Iya, yang penting keluar dari pagar sekolah,” kata Ari lagi. Dia tahu, hantu-hantu yang ada di sekolahnya tidak akan bisa melewatinya. Orang-orang padepokan sudah membuat ‘pagar’ di sana.
Kocik langsung setuju dengan ide Ari. Lalu dia menyuruh teman-teman sekelasnya untuk sekalian berkemas dan siap-siap. Bagi yang bawa motor atau mobil, bisa dipikirkan nanti-nanti. Yang penting mereka keluar dulu dari sekolah. Lalu beberapa anak menanyakan, bagaimana nanti kalau guru-guru marah dengan apa yang akan mereka lakukan.
“Yang penting kita lakukan sama-sama,” kata Kocik,” Resikonya nanti kita tanggung sama-sama satu kelas!”