Komplotan Tidak Takut Hantu

Mohamad Novianto
Chapter #73

Bab 72 : Hantu Mata Satu Bertaring Panjang

Di jalan tol, tidak ada yang bicara di dalam mobil. Ari, Toha, Wira dan Nara harap-harap cemas, Bang Yudha mau membantu mereka. Baru saja mobil keluar jalan tol, ponsel Nara berdering. Ada panggilan dari Bang Yudha. Nara langsung mengangkatnya.

“Halo Bang Yudha” kata Nara,”Gimana Bang? Bisa kan nanti datang ke sekolah?”

“Halo Nara, tadi sih aku udah diskusi sama temen-temen yang masih ada disini…” kata Bang Yudha di ponsel Nara,” Kita sih sepakat untuk bantu kalian.”

“Waduh terimakasih Bang Yudha…” kata Nara lega,” Terus kapan bisanya Bang Yudha datang ke sekolah? Kalau bisa sih malam ini. Kalau malam kan nggak ada siapa-siapa di sekolah.”

“Gini Nara…” kata Bang Yudha,” Kalau malam, takutnya, bahaya buat kalian. Soalnya nanti kita cuma bertiga… Takutnya kalau ada apa-apa, kita nggak sempet ngelindungin kalian. Kalau besok gimana?”

“Kalau besok paling bisanya setelah jam satu Bang Yudha, nunggu pintu gerbang dibuka,” kata Nara.

“Ok Nara, kalau gitu besok jam satu aku datang ke sekolah kamu.”

“Tapi gini Bang Yudha… Biar nggak pada curiga, nanti Bang Yuda ngakunya dari komunitas fotografi, pura-pura mau kasih tutorial ke ekstrakurikuler fotografi. Kebetulan besok aku ada jadwal ekstrakurikuler fotografi. Bang Yudha ada kan alat-alat fotografi? Nanti bisa dibawa Bang.”

“Waduh, mana ada kita alat-alat fotografi Nara…”

“Mmm… Kalau nggak, bisa nggak nanti malan Bang Yudha datang ke rumah ambil alat-alat yang Nara punya?”

“Boleh kalau begitu Nara. Nanti malam aku akan ke rumah kamu, sekalian nanti kita bicarakan detil rencananya ya.”

“Ok Bang, terimakasih.”

Lalu Nara menutup ponselnya.

“Bang Yudha mau ke rumah lo ntar malam Ra?” Tanya Wira sembari terus nyetir memperhatikan jalanan.

“Iya, nanti dia mau ambil alat fotografi, sekalian ngomongin rencananya besok,” jawab Nara.

“O, gitu. Jangan sampai kemaleman aja Bang Yudha-nya di rumah lo,” kata Wira datar.

“Lah, emang kenapa?” kata Nara sewot,” Sudah bagus dia mau bantuin kita…”

Nara dan Wira pun saling diam. Ari dan Toha yang di belakang jadi ikut diam. Mereka berdua tahu, hubungan Nara dan Wira masih belum pulih benar. Tapi Ari lega, walau dengan situasi yang seperti ini, yang penting ada orang padepokan yang mau membantu mereka.


Malamnya, setelah selesai belajar, Ari memandangi ponselnya di meja. Dia menunggu kabar dari Nara. Tak berapa lama ada panggilan dari Nara. Ari langsung mengangkatnya.

“Gimana Ra?” Ari langsung tanya.

“Ri, besok konfirm ya, Bang Yudha datang ke sekolah jam satu,” kata Nara di ponsel Ari,” Pokoknya begitu gerbang dibuka, mereka langsung masuk. Aku nanti akan tungguin di depan.”

Lihat selengkapnya