Pukul Sembilan pagi, bus rombongan study tour satu persatu meninggalkan hotel. Entah kenapa, Ari masih belum bisa menghilangkan perasaan bersalahnya pada Tata. Tadinya Ari berniat duduk di sebelah Toha. Tapi Nara bersikeras duduk bersama Ari. Kalau sudah begitu Ari tidak bisa menolak.
“Makasih ya Ri, udah bantuin beliin pembalut…” Kata Nara,” Gue udah bilang ke Boncel, suruh temen sekelas kita nyuci pembalutnya yang bersih… Kelas lain biarin aja… Kayaknya kita musti terima kasih ke ibu petugas hotel itu deh Ri…”
“Iya Ra,” Ari menyahut pendek.
“Kenapa sih Ri… Lo masih kepikiran hantu itu?” tanya Nara. Dia lihat wajah Ari yang tanpa ekspresi.
“Mmm… Ra, gue tadi keceplosan bilang ke Tata, gue beliin pembalut buat lo…”
“Nah lo Ri… Gimana nih, gue nggak enak sama Tata… Dia pasti marah…”
“Nggak kok Ra… Tata nggak marah.”
“Beneran lo Ri?”
“Iya Ra… Dia malah ngajak jalan bareng nanti di objek wisata…”
Tata memang tidak marah. Tapi kenapa Ari selalu dihantui rasa bersalah.
“Ra, lo nanti jadi pas liburan belajar sama Bang Yudha?” tanya Ari mencoba mengalihkan pikirannya sendiri.
“Jadi kayaknya Ri… Gue kan nggak pengen tergantung terus sama lo dan yang lain…”
“Terus, yang Bang Yudha ngajak jadian?”
“Nggak tahu deh Ri… Gue nggak pikirin.”
“Mendingan lo balikan aja sama si Wira Ra.”
“Apaan sih… Jangan ngatur-ngatur deh Ri… Mendingan gue deket ama lo gini deh…”
Ari diam. Dia juga ingin selalu dekat dengan Nara.
Rombongan study tour sampai di objek wisata pertama. Ari, Toha, Wira dan Nara diam-diam bertemu dengan Tata dan Astri di belakang toilet umum. Tata begitu ceria bertemu Ari. Begitu juga Astri yang tak sabar untuk jalan bersama Toha. Tinggal Nara dan Wira yang tidak berpasangan.
“Kita jalan bareng-bareng ya…” cetus Tata menetralisis suasana. Dia tidak ingin Wira dan Nara jadi kikuk karena mereka tidak berpasangan.
Lalu Tata menggandeng Nara untuk jalan. Ari dan Wira mengikuti mereka di belakang. Toha dan Astri tidak berhenti bercanda saat mereka jalan. Lalu di salah satu sudut objek wisata mereka bertemu dengan Gaby dan beberapa murid perempuan sekelas Tata. Mereka pun cepat-cepat menyingkir supaya tidak ketahuan kalau Tata jalan dengan Ari dan teman-temannya. Beberapa teman sekelas Tata, seperti Gaby, memang dekat dengan ibu Tata. Mereka bisa saja mengadu ke ibu Tata. Dan Ibu Tata pasti akan percaya. Beberapa kali mereka harus melindungi Tata, menyelinap ke tempat sepi, supaya tidak terlihat teman-teman Tata yang dekat dengan ibu Tata. Sampai akhirnya Tata meresa tidak enak sendiri. Tata tahu yang lain sebenarnya kesal dengan situasi seperti ini, walau mereka tidak memperlihatkannya.
“Kayaknya mendingan kalian jalan sesuka kalian deh,” kata Tata tidak enak,”Dari pada sembunyi-sembunyi kayak gini… Kalian jadi nggak bebas…”
“Kayaknya mending begitu deh Ta. Biar kamu bebas berduaan sama Ari,” cetus Toha setengah bercanda.
Akhirnya disepakati Tata dan Ari jalan sendiri mencari tempat yang sepi. Toha, Astri, Wira dan Nara jalan menuju tempat keramaian. Ari tidak keberatan jalan kemana saja asal bersama Tata. Tapi saat mereka mengendap mencari tempat sepi, Nara datang menyusul mereka.
“Ta, boleh nggak aku ikut kalian?” pinta Nara.