Ini kedua kalinya Ari ada di belakang papan mading parkir mobil sekolah. Pagi-pagi dia sudah ada di sana. Semalaman dia kumpulkan keberaniannya untuk bertemu Tata. Kali ini dia ingin bicara padanya. Dari tadi dia pikirkan kata-kata apa yang harus dia ucapkan. Tata, ini aku, Ari? Emang kamu udah nggak lihat hantu lagi? Eh, tanggal lahir kita sama lho. Pikiran Ari awut-awutan. Sampai tanpa sadar, Tata sudah terlihat turun dari mobilnya. Ari setengah berlari ke arah Tata, sebelum teman-temannya datang.
“Tata, ini aku Ari,” Ari setengah berteriak setelah jaraknya dekat dengan Tata.
Tata pun melihat Ari datang dengan tatapan heran. Cepat dia melihat sekeliling, memastikan teman-temannya belum datang. Lalu dia menghampiri Ari yang datang ke arahnya.
“Ari, please. Tolong jangan ganggu aku lagi,” Tata buka suara sebelum Ari sempat berbicara. “Kamu nggak tahu gimana susahnya aku jadi orang normal. Aku sekarang punya kehidupan yang aku inginkan, so please jangan ganggu aku lagi ya.” Lalu Tata berbalik meninggalkan Ari. Kebetulan dua teman Tata sudah terlihat dari jauh. Tata setengah berlari ke arah teman-temannya. Tinggal Ari yang berdiri termangu. Bahkan kata-kata yang dia susun di kepalanya tidak sempat terucap. Lalu Ari berjalan keluar area parkir. Dia masih merenungkan kata-kata Tata. Berarti menurut Tata, dia orang tidak normal. Hingga ada suara memanggil Ari.
“Ari!” Rida ada di belakang Ari. “Hai, gimana Ri? kamu udah bawa naskah buat mading?”
“Udah nih,” kata Ari terbata. Buru-buru Ari merogoh tasnya. Dia keluarkan gambar yang kemarin dia buat.
“Ih, serem banget!” ujar Rida saat melihat gambar Ari yang di pohon beringin. “Eh Ri, kata Haki kamu punya gambar yang namanya Awuk?"